Abstrak


PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN LITERASI MEMBACA DENGAN PERSPEKTIF KETERAMPILAN BERPIKIR ARAS TINGGI UNTUK MENGUKUR KOMPETENSI MINIMUM SISWA SMK NEGERI KOTA PEKANBARU


Oleh :
Muhammad Mukhlis - T842008010 - Fak. KIP

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi instrumen asesmen literasi membaca yang digunakan selama ini; kebutuhan guru terhadap instrumen asesmen literasi membaca, pengembangan instrumen asesmen literasi membaca; dan kemampuan literasi membaca siswa SMK. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan intrumen model Measure oleh Kalkbrenner yang terdiri atas tujuh langkah. Ketujuh langkah tersebut dikelompokkan dalam tiga tahap penelitian pengembangan. Pertama, tahap pendahuluan bertujuan untuk mengetahui kebutuhan guru kondisi instrumen asesmen literasi membaca yang selama ini digunakan. Pada tahap ini sumber data diperoleh dari dokumen soal literasi membaca yang dikembangkan guru dan sepuluh orang guru yang dijadikan informan penelitian. Analisis data menggunakan teknik kualitatif yang menggunakan model interaktif. Adapun model tersebut terdiri atas tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kedua, tahap pengembangan yaitu memuat 7 langkah (1) menetapkan tujuan tes, (2) menetapkan konstruk materi, (3) membuat spesifikasi tes/kisi-kisi soal, (4) pengembangan item soal, (5) validasi isi oleh ahli, (6) uji coba instrumen, (7) menilai validitas dan reliabilitas instrumen. Pada tahap ini teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes dan angket validasi instrumen. Ketiga, tahap pengukuran yaitu bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan literasi membaca siswa. Sampel dalam penelitan ialah siswa SMKN se-Kota Pekanbaru yang berjumlah 635 orang. Data dianalisis menggunakan statistik deskriptif berbantukan aplikasi excel dan SPSS versi 26.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Instrumen asesmen literasi membaca yang digunakan selama ini tidak terstandar. (2) Guru memerlukan instrumen literasi membaca yang berbasis keterampilan berpikir aras tinggi. Instrumen yang ada masih cenderung mengukur kemampuan rendah dan tidak sesuai dengan karakteristik soal literasi membaca. (3) Proses pengembangan instrumen dilakukan tujuh tahapan. Hasilnya diperoleh 36 butir soal dinyatakan valid dan reliabel, sehingga layak untuk digunakan. (4) Hasil pengukuran dilakukan kepada 635 siswa yang tersebar disepuluh SMK Negeri Pekanbaru. Hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan literasi membaca siswa berkategori cukup dan perlu ditingkatkan pada indikator menganalisis dan mengevaluasi.