Abstrak
Korupsi dalam tajuk rencana mochtar lubis (analisis wacana kritis pemikiran mochtar lubis tentang korupsi dalam tajuk rencana harian indonesia raya periode 1968-1974 dalam buku tajuk-tajuk mochtar lubis di harian indonesia raya seri 1 dan 2)
Oleh :
Dhanu Pinandito - D0203049 - Fak. ISIP
Korupsi diakui telah menjadi penyakit masyarakat yang membudaya. Korupsi bisa terjadi pada kelompok masyarakat manapun, baik feodal maupun modern, otoriter maupun demokratis. Pemberantasan korupsi telah menjadi suatu hal yang dilematis karena mengingat setiap orang menentang korupsi, masih ada perdebatan tentang batas-batas korupsi itu sendiri.
Pers memegang peranan penting dalam pemberantasan korupsi. Ketika tiga lembaga lain –eksekutif, yudikatif, legislatif—tidak bisa konsisten dalam pemberantasan korupsi, pers mesti tetap independen untuk menyuarakan kepentingan rakyat. Mochtar Lubis dan harian Indonesia Raya adalah satu dari pers independen itu. Harian Indonesia Raya terbit dalam dua periode, Orde Lama dan Orde Baru, dan telah berkali-kali dibredel karena gencar memberitakan kasus-kasus korupsi. Mochtar Lubis sendiri selaku pemimpin redaksi sempat mendekam di penjara selama hampir sembilan tahun.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Mochtar Lubis mengenai korupsi, kemudian bagaimana pemikiran-pemikiran itu diwacanakan dalam tajuk rencananya di harian Indonesia Raya periode 1968-1974. Periode awal Orde Baru ini dipilih karena merupakan antitesis dari periode Orde Lama, sekaligus rezim yang secara tidak langsung didukung oleh Mochtar Lubis.
Dari penelitian ini diketahui bahwa ada tiga topik yang diwacanakan Mochtar Lubis dalam tajuknya, yaitu korupsi dan komunisme, korupsi dan keadilan sosial, dan korupsi dan pembangunan. Analisis teks menggunakan metode Halliday di mana teks ditelaah menggunakan tiga faktor analisis, yaitu medan wacana, pelibat wacana dan mode wacana. Medan wacana merujuk pada hal yang terjadi, apa yang dijadikan wacana oleh penulis teks mengenai sesuatu yang terjadi di lapangan peristiwa. Pelibat wacana menunjuk pada orang-orang yang dicantumkan dalam teks; sifat-sifat orang itu, kedudukan, dan peran mereka: jenis-jenis hubungan peranan apa yang terdapat di antara pelibat. Mode wacana merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, atau dalam hal ini bagaimana komunikator menggunakan gaya bahasa untuk menggambarkan medan (situasi) dan pelibat (orang-orang yang dikutip).
Analisis konteks menggunakan metode van Dijk, di mana setiap topik wacana terbagi menjadi dua, analisis sosial dan kognisi sosial. Analisis sosial merujuk pada situasi dan kondisi yang melatarbelakangi topik yang diwacanakan Mochtar Lubis dalam tajuknya. Sedangkan kognisi sosial merujuk pada pemikiran, prinsip, ideologi, dan hal-hal kognitif lain yang dianut oleh Mochtar Lubis, yang menjadi alasan diwacanakannya topik tersebut.