;

Abstrak


Pergeseran Makna nyumbang sebagai Modal Sosial pada Film Nyumbang Produksi Montase Film Independen


Oleh :
Purwoko Ajie - S702202001 - Fak. Ilmu Budaya

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki representasi visual atas tradisi nyumbang pada masyarakat Jawa sebagai bagian dari Modal Sosial dan perubahan sosial yang mengarah pada Kekerasan Simbolik, di mana direfleksikan melalui film berjudul Nyumbang. Film ini diproduksi oleh Montase Film Independen Yogyakarta dan menjadi objek kajian utama penelitian ini. Tujuan inti dari penelitian ini adalah memahami serta menjelaskan kompleksitas bagaimana film Nyumbang merepresentasikan dan mempersoalkan tradisi nyumbang sebagai Modal Budaya, Modal Sosial, dan Modal Simbolik di masyarakat Jawa. Pada saat yang sama, film Nyumbang mengilustrasikan perubahan pemaknaan, membawa tradisi nyumbang sebagai Modal Simbolik menjadi ranah Kekerasan Simbolik.

Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan fokus pada analisis verbal discourse dan visual discourse dari film Nyumbang. Penelitian ini membahas makna-makna dalam representasi tradisi nyumbang, termasuk Modal Budaya, Modal Sosial, Modal Simbolik, dan Kekerasan Simbolik yang terdapat dalam film. Teori-teori seperti Representasi (Hall), Semiotics and Cinematography in Film (Ehrat), serta Capital and Symbolic Violence (Bourdieu) diterapkan untuk memahami keterkaitan antara makna dan kode dalam konteks masyarakat dalam film, serta peran masyarakat sebagai pembuat film.

Penelitian ini menemukan bahwa Sutradara film Nyumbang menggambarkan realitas tradisi nyumbang melalui sudut pandang keluarga Pak Bejo yang terkena dampak Kekerasan Simbolik. Meskipun tradisi ini bersifat positif sebagai Modal Budaya, Modal Sosial, dan Modal Simbolik, namun keluarga Pak Bejo menggunakannya sebagai ladang kapitalis karena kurangnya pemahaman serta himpitan ekonomi. Film Nyumbang menciptakan sarkasme Kekerasan Simbolik melalui perbedaan ekonomi yang kontras antara Pak Bejo dan tetangganya; mengkritik ketidaksetaraan kelas. Sebagai kritik sosial, Nyumbang merenungkan transformasi sosial dan bagaimana praktik sehari-hari dapat terjebak dalam perangkap Kekerasan Simbolik.