Mahasiswa berada pada tahap perkembangan dewasa awal di mana salah satu tugas perkembangan pada tahap tersebut adalah mencari pasangan. Pencarian tersebut berkaitan dengan orientasi seksual yaitu, ketertarikan seksual dan emosional kepada orang lain dari jenis kelamin tertentu. Akan tetapi, tidak semua orientasi seksual dapat diterima oleh masyarakat seperti orientasi non-heteroseksual yang dianggap sebagai ancaman bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Anggapan tersebut menyebabkan sejumlah tindak diskriminasi terhadap mahasiswa non-heteroseksual yang mengakibatkan proses penerimaan diri semakin menantang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman diskriminasi serta dinamika penerimaan diri yang terjadi pada mahasiswa non-heteroseksual pasca diskriminasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif naratif. Wawancara semi-terstruktur digunakan untuk menggali data dan data tersebut dianalisis menggunakan analisis tematik. Subjek dalam penelitian ini melibatkan satu orang laki-laki panseksual dan satu orang perempuan biseksual yang ditentukan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa kedua respoden mengalami diskriminasi seperti stigmatisasi dan mikroagresi dari teman dekat dan keluarga yang sempat mengakibatkan turunnya rasa percaya diri dan muncul rasa khawatir pada pandangan orang lain terhadap seksualitasnya. Proses penerimaan diri diawali dengan mengungkapkan orientasi seksual. Selanjutnya, berada di lingkungan yang suportif juga berperan besar pada proses ini karena membuat responden semakin mengenali diri dan memperoleh pandangan baru bahwa orientasi seksual bukanlah sebuah penyakit. Kedua responden juga sudah memiliki rencana untuk beradaptasi dengan realitanya. Selebihnya, satu responden sudah menerima dirinya namun responden lain masih berproses untuk menerima diri sepenuhnya.
