Abstrak


Tingkat Kesiapan Mitigasi Bencana Tsunami di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul


Oleh :
Dita Prihastiwi - I0619014 - Fak. Teknik

Indonesia dikelilingi oleh tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik menyebabkan Indonesia rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Pada wilayah pesisir selatan Pulau Jawa yang memiliki kepadatan tinggi dan dekat zona subduksi Lempeng Eurasia dan Indo-Australia, diperlukan perhatian dalam perencanaan penanggulangan bencananya. Kecamatan Kretek merupakan salah satu kecamatan yang memiliki potensi bahaya akibat bencana tsunami dilihat dari faktor geomorfologi karena terletak di pesisir pantai selatan pulau jawa dan dilewati dua pusat gempa aktif yaitu subduksi lempeng indonesia- Eurasia serta sesar Opak. Kerentanan akibat dari bencana tsunami tersebut juga bertambah karena pada Kecamatan Kretek terdapat kawasan wisata Pantai Parangtritis yang menyedot sekitar 80% kedatangan wisatawan di Kabupaten Bantul setiap tahunnya. Dari dominasi pariwisata tersebut, muncullah pusat aktivitas ekonomi yang ramai didatangi wisatawan sehingga akan menyebabkan kerugian tinggi apabila terjadi bencana. 
Dari kondisi tersebut maka dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk menilai tingkat kesiapan mitigasi bencana tsunami agar terukur seberapa siapnya kawasan penelitian apabila bencana terjadi. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan analisis spasial untuk mengetahui risiko bencana tsunami dan skoring untuk menilai tingkat kesiapan komponen mitigasi bencana tsunami. 
Hasil analisis menunjukkan pelaksanaan mitigasi bencana tsunami di Kecamatan Kretek berada pada kategori kurang siap dengan persentase kesiapan sebesar 58,7%. Hasil tersebut didasarkan dari ketidaksediaan beberapa komponen serta ketidaksiapan komponen baik struktural dan non struktural dalam segi standar dan kelengkapan. Pada komponen non struktural, kelengkapan dokumen kebijakan, rencana, program yang mengatur mitigasi bencana tsunami masih belum memenuhi standar sehingga banyak regulasi mengenai kawasan rawan bencana tsunami yang belum tersedia.  Hal ini menyebabkan kurangnya arahan guna lahan yang memperhatikan kawasan rawan bencana tsunami, serta lemahnya sistem komando dalam mitigasi bencana tsunami. Dari kondisi tersebut maka dibutuhkan pengkajian rencana program yang memperhatikan kawasan rawan bencana tsunami sehingga dapat mengakomodir pelaksanaan mitigasi tsunami secara menyeluruh.