Menurut UNICEF, Indonesia berpotensi mewujudkan dividen demografis karena dua pertiga populasi Indonesia berada dalam rentang usia produktif (15-64 tahun). Untuk dapat merespon peluang ini, Indonesia perlu berinvestasi untuk generasi muda, khususnya remaja dalam mencapai potensi mereka secara penuh. Pemerintah Indonesia, BKKBN mengambil respon salah satunya dengan program Generasi Berencana untuk mempersiapkan kehidupan remaja hingga berkeluarga. Program tersebut akan semakin efektif berjalan apabila terdapat fasilitas yang memenuhi segala kebutuhan akan kegiatan yang berlangsung dalam program berkelanjutan ini. Youth community center hadir sebagai solusi atas kebutuhan tersebut. Pelaksanaan program GenRe menentukan sistem kegiatan hingga kawasan yang ada pada Youth Community Center sehingga hal itu membentuk perilaku yang ada pada objek rancang bangun. Oleh karena itu, perlunya pendekatan arsitektur perilaku dalam proses perencanaan dan perancangan. Pendekatan perilaku melihat bahwa aspek-aspek norma, kultur, psikologi masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud yang berbeda (Rapoport, 1977). Dengan demikian, didapatkan hasil perancangan dan perencanaan Youth Community Center yang memiliki integrasi antara program GenRe dan arsitektur perilaku melalui aspek tapak, massa, ruang dan komplementer Kawasan.