Abstrak


Dinamika Ekonomi Lumbung Batik Pamong Pengusaha Batik Surakarta (PPBS) di Laweyan Surakarta Periode 2010-2021


Oleh :
Lorient Marccelita - B0420041 - Fak. Ilmu Budaya

Lumbung Batik PPBS merupakan sentral penjualan batik yang berada di Kecamatan Laweyan. Lumbung Batik PPBS diresmikan oleh Walikota Surakarta, Joko Widodo pada 8 Agustus 2010. Pendirian Lumbung Batik PPBS dilatar belakangi kebijakan Pemerintah Kota Surakarta yang ingin meneguhkan kembali Kota Surakarta sebagai Kota Batik. Dalam perkembangannya Lumbung Batik PPBS ini mengalami dinamika unik yang menarik untuk diteliti. Adapun pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut, yaitu 1) Bagaimana rekam jejak historis Kampung Laweyan sebagai sentra industri batik sampai era reformasi?, 2) Bagaimana usaha meneguhkan Surakarta sebagai Kota Batik melalui Lumbung Batik PPBS Kampung Laweyan?, dan 3) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan sentral penjualan Lumbung Batik PPBS mengalami kemunduran?.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis yang terdiri dari lima tahapan, yaitu pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini memanfaatkan sumber sezaman berupa surat kabar Solopos, Joglo Semar, dan Suara Merdeka. Arsip berupa daftar anggota Koperasi PPBS, daftar pedagang Lumbung Batik PPBS, dan peraturan mengenai pakaian dinas. Penelitian ini juga menggunakan sumber wawancara. Data sekunder yang digunakan berasal dari buku, jurnal, dan tugas akhir.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kampung Laweyan mengalami pasang surut berawal dari pusat pergerakan abad awal abad XX menjadi kawasan wisata pada era reformasi. Beberapa langkah untuk mendukung Kota Surakarta menjadi Kota Batik, seperti pencanangan Kampung Laweyan sebagai Kampung Batik, mewajibkan PNS di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta menggunakan seragam batik, dan agenda tahunan Solo Batik Carnival. Koperasi PPBS ikut berpartisipasi mendukung kebijakan pemkot Surakarta tersebut dengan mendirikan Lumbung Batik PPBS tahun 2010. Pada awal perkembangannya, Lumbung Batik PPBS ramai dikunjungi karena berada di lokasi strategis dan memiliki strategi pemasaran yang bagus. Lumbung Batik PPBS mengalami kemunduran yang disebabkan oleh rendahnya perhatian pemkot Surakarta, permasalahan manajemen Lumbung Batik PPBS, dan munculnya wabah Covid-19.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa Kampung Laweyan mengalami pasang surut dari pusat pergerakan menjadi kawasan wisata. Lumbung Batik PPBS menjadi wadah para anggota Koperasi PPBS dan mendukung Kota Surakarta sebagai Kota Batik. Aktivitas perdagangan batik di Lumbung Batik PPBS mengalami pasang surut selama tahun 2010-2021. Pada tahun-tahun awal, Lumbung Batik PPBS ramai dikunjungi. Kemudian mengalami kemunduran dan kegagalan sehingga harus ditutup tahun 2021.