Kota Jakarta yang dahulu disebut sebagai Kota Batavia merupakan pusat perdagangan internasional dan pemerintahan Belanda pada abad ke-16, sehingga menjadi rumah bagi berbagai macam etnis, termasuk Betawi, Tionghoa, dan Belanda. Keberagaman budaya dan arsitektur dari berbagai etnis tersebut mulai terhapuskan dan tergantikan oleh arsitektur modern serta kurang terdokumentasikan dengan baik. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah Edupark Arsitektur Jakarta yang bertujuan sebagai wisata edukasi sekaligus pusat dokumentasi keragaman dan perkembangan gaya arsitektur di Kota Jakarta. Perancangan Edupark juga dimaksudkan untuk menyediakan fasilitas ruang terbuka hijau ramah keluarga di Kota Jakarta Barat. Perancangan Edupark dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-kualitatif yang dilakukan dengan tahap identifikasi permasalahan, pengumpulan data, analisis data, dan konsep data dengan menerapkan arsitektur biofilik. Hasil dari penelitian merupakan penerapan prinsip-prinsip biofilik yaitu : Penerapan Visual Connection with Nature, Non-Visual Connection with Nature, Non-Rhythmic Sensory Stimuli, dan Prospect pada tapak ; penerapan 8 pola arsitektur biofilik pada tampilan bangunan; penerapan pola Dynamic and Diffuse Light pada struktur; penerapan pola Presence of Water pada utilitas.