;

Abstrak


Pengembangan Wisata Budaya Berkelanjutan 'Kampoeng Thengul'


Oleh :
Wintari - S622302025 - Sekolah Pascasarjana

Wintari. S622302025. 2024. Pengembangan Wisata Budaya ‘Kampoeng Thengul’. Tesis. Pembimbing I : Dwiningtyas Padmaningrum. Pembimbing II: Haryani Saptaningtyas. Program Pascasarjana Penyuluhan Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara efektif untuk memperkenalkan potensi sebuah wilayah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai pelaku wisata. Hal ini terlihat dari kunjungan  wisatawan di Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai 734,86 juta kunjungan. Indonesia juga meraih peringkat ke-32 dalam Travel and Tourism Development Index (TTDI) dengan peningkatan nilai devisa mencapati 4,26 miliar dolar AS pada tahun 2022. Berbagai potensi yang ada di Indonesia dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata baik wisata alam, budaya maupun buatan. Perkembangan pariwisata saat ini bergerak menuju tren pariwisata berkelanjutan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan dan menjamin keberlanjutan dampak wisata untuk masa mendatang. Salah satu konsep yang dapat dikembangkan adalah pariwisata budaya berkelanjutan seperti yang dilaksanakan di ‘Kampoeng Thengul’ yang terletak di Bojonegoro, Jawa Timur. ‘Kampoeng Thengul’ merupakan satu-satunya destinasi wisata bertema wayang thengul di Bojonegoro dan memiliki banyak potensi namun hingga saat ini pengembangannya belum optimal dan masih berstatus rintisan desa wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan ‘Kampoeng Thengul’ dari perspektif wisata berkelanjutan, menganalisis peran aktor, proses komunikasi antar aktor dan proses pemberdayaan di ‘Kampoeng Thengul’. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ‘Kampoeng Thengul’ telah menjalankan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan namun belum didukung dengan fasilitas yang memadai. Seluruh aktor berperan dalam pengembangan wisata ‘Kampoeng Thengul’ dan menjalankan fungsi masing-masing, komunikasi dan koordinasi yang dilaksanakan belum optimal karena ada perbedaan persepsi terkait arah pengembangan ‘Kampoeng Thengul’. Proses pemberdayaan yang dilaksanakan bersifat community based tourism dengan keterlibatan masyarakat lokal dalam persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kepariwisataan.