;

Abstrak


Analisis Multilevel Pengaruh Modal Sosial, Pendapatan, Pendidikan, dan Kontekstual Posyandu terhadap Kejadian Stunting pada Anak Balita di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur


Oleh :
Ayun Widya Rizki - S022208010 - Sekolah Pascasarjana

Latar Belakang: Balita stunting memiliki asupan gizi yang kurang sehingga mempengaruhi kematangan sel-sel syaraf dan menjadi rentan terhadap gangguan kerterlambatan perkembangan seperti lambatnya gerakan motorik, kurangnya kecerdasan, dan lambatnya respon sosial. Modal sosial dapat menjadi modal stimulan yang dimiliki oleh suatu komunitas. Konsep modal sosial, pada awalnya dipahami sebagai suatu bentuk dimana masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu sebagai bagian di dalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi pengaruh modal sosial terhadap kejadian stunting pada anak balita dengan memperhitungkan pengaruh kontekstual posyandu.

Subjek dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang. Populasi sasaran anak balita usia 6-59 bulan dengan stunting. Sampel terdiri dari 100 anak balita usia 6-59 bulan dengan stunting beserta ibunya dan 100 anak balita usia 6-59 bulan tidak stunting beserta ibunya dipilih secara random dari di wilayah kerja Puskesmas Sumbergempol, Puskemas Tunggangri dan Puskemas Rejotangan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Indonesia. Variabel dependen adalah stunting. Variabel independen adalah pendidikan, pendapatan, dan modal sosial. Data dianalisis dengan model analisis regresi logistik ganda multilevel, dengan posyandu diletakkan pada level kedua.

Hasil: Hasil analisis regresi logistik ganda multilevel menunjukkan, risiko stunting pada anak balita menurun dengan pendidikan ibu yang tinggi (≥ SMA) (b= -1.17; CI 95% = -2.09 hingga -0.24; p = 0.013); pendapatan orangtua tinggi (≥Rp 1,500,000/ bulan) (b=-0.94; CI 95%= -1.59 hingga -0.28; p = 0.013); dan tinggal di masyarakat dengan modal sosial yang tinggi (b= -0.69; CI 95% = -1.34 hingga -0.03; p = 0.039). Hasil analisis ini menunjukkan terdapat pengaruh konstekstual faktor-faktor di level posyandu di desa yang cukup besar terhadap kejadian stunting pada anak balita (ICC= 8.90%).

Kesimpulan: Risiko stunting pada anak balita menurun dengan pendidikan ibu yang tinggi (≥ SMA), pendapatan orangtua tinggi (≥ Rp 1,500,000/ bulan), dan tinggal di masyarakat dengan modal sosial yang tinggi.