Abstrak


Pengaruh Ideasional dan Material terhadap Sikap Kehati-hatian dan Keaktifan Indonesia dalam Merespons Konflik Rusia-Ukraina 2022


Oleh :
Kresna Damar Adji - D0420038 - Fak. ISIP

Konflik Rusia dan Ukraina dapat digadang sebagai salah satu konflik
kontemporer paling disorot media. Dampak konflik global ini juga masif. Tercatat,
harga pangan dan minyak mengalami penurunan akibat konflik ini. Pervasivitas dari
dampak konflik ini mengundang respons yang terpecah dari negara-negara di seluruh
dunia. Negara-negara Barat—Uni Eropa dan Amerika Serikat—mengecam Rusia
dalam konflik ini melalui berbagai sanksi ekonomi dan gestur internasional, serta
memberi dukungan militer dan ekonomi bagi Ukraina. Respons terhadap konflik ini
cenderung lebih beragam pada negara-negara di Asia Tenggara. Sebagai contoh,
Myanmar dengan terang-terangan mendukung invasi yang dilakukan Rusia, sedangkan
Singapura mengecam tindakan Rusia; bahkan telah berencana untuk memberikan
sanksi ekonomi melalui pemboikotan ekspor. Kontras dengan pendirian negara-negara
Barat dan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia mengambil posisi yang lebih
hati-hati dan aktif dalam konflik ini. Di samping keengganannya untuk mengecam
Rusia, Indonesia juga berusaha berpartisipasi aktif dalam mendamaikan kedua negara
yang sedang berkonflik ini. Puncaknya, adalah ketika penyelenggaraan G20 di mana
Indonesia mengambil risiko, sebagai tuan rumah, untuk tetap mengundang Rusia,
terlepas dari berbagai kecaman dan tekanan untuk tidak melakukan hal ini. Penelitian
ini menjelaskan faktor material dan ideasional yang memengaruhi sikap Indonesia
dalam konflik ini menggunakan teori Konstruktivisme milik Wendt. Basis
Konstruktivisme dalam pendekatan ini condong kepada pemikiran Wendt yang
menekankan pada peran identity dan interest—yang dibentuk oleh faktor ideasional
dan material—sebagai pembentuk perilaku utama dari aktor internasional pada state-level