Produksi hasil holtikultura salah satunya adalah bawang merah (Allium cepa) untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi usahatani bawang merah di kabupaten karanganyar kecamatan tawangmangu. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif., sementara itu penentuan lokasi menggunakan metode purposive. Daerah yang dijadikan tempat penelitian adalah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang berada di dataran tinggi tepatnya di lereng gunung Lawu sehigga memiliki karakteristik tanah yang subur sehingga cocok ditanami tanaman hortikultura seperti bawang merah. Hasil penelitian ini menunjukkan diperoleh rata-rata produksi bawang merahsebanyak 483.333 kg/ Ha dengan harga jual rata-rata Rp 16.900 sehingga diperoleh penerimaan usahatani bawang merah sebesar Rp 8.233.166 /Ha dengan biaya eksplisit usahatani sebesar Rp 48.556.690 /Ha, dan biaya implisit usahatani Rp 21.194.402/Ha sehingga diperoleh pendapatan usahatani sebesar Rp 69.906.140/Ha dengan demikian diperoleh keuntungan sebesar Rp 51.541.740/Ha. Hasil penelitian usahatani bawang merah tergolong efisiensi untuk diusahakan hal ini dilihat dari R/C ratio 1,709 atau lebih Besar dari pada 1, dimana setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,709. hasil penelitian usahatani bawang merah BEP usahatani bawang merah di Kabupaten Karanganyar bahwa Break Event Poin ada dua bagian yaitu BEP dalam Unit dan BEP dalam rupiah, usahatani bawang merah diketahui BEP dalam bentuk unit rata-rata per musim tanam sebesar 285 kg artinya maka petani harus menjual sebanyak 285 kg jika menemukan titik impas. Jika di bawah 285Kg petani akan mengalami kerugian. Dalam usahatani bawang merah BEP rupiah yang didapat sebesar Rp. 9.964 artinya maka keuntungan petani bawang merah harus berada di atas Rp 9.964 ingin mengalami keuntungan. Jika di bawah Rp. 9.964 maka petani akan mengalami kerugian.