Abstrak


Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Sub Daerah Aliran Sungai Keduang Kabupaten Wonogiri


Oleh :
Agung Setyarini - T651608002 - Fak. Pertanian

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi oleh negara
dan masyarakat. Pangan bukan hanya sebagai komoditi ekonomi, tetapi juga
memiliki fungsi sosial dan politik secara nasional dan global. Terkait dengan
pemenuhan kebutuhan pangan maka ketahanan pangan merupakan prioritas
nasional yang harus dilaksanakan. Menurut UU RI  No 18 Tahun 2012 Ketahanan
Pangan adalah terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan  Ketahanan pangan dapat diklasifikasikan
menurut tingkatannya, yaitu  ketahanan pangan global, nasional, maupun rumah
tangga Ketahanan pangan mencakup beberapa sub sistem yaitu ketersediaan
pangan (food availability), akses pangan (food access) dan pemanfaatan pangan
(food utilization).
Topografi Wonogiri merupakan daerah dengan kemiringan yang berbedabeda,

perbedaan antar daerah juga membedakan kondisi sumber daya alam.  Di
kabupaten Wonogiri terdapat waduk buatan yaitu Waduk Gajah Mungkur yang
membendung beberapa sungai seperti Keduang, Tirtomoyo, Temon, Solo Hulu,
Alang, dan beberapa sungai lainnya. Pembuatan waduk tersebut bertujuan sebagai
pengendali banjir dan untuk mengatasi kekeringan, serta mengairi sawah di
sekitarnya. Waduk Gajah Mungkur tersebut masuk ke dalam wilayah daerah
aliran sungai (DAS) Bengawan Solo Hulu. DAS Bengawan Solo dibagi ke dalam
tiga DAS, yang meliputi : DAS Bengawan Solo Hulu, DAS Bengawan Solo
Madiun, dan  DAS Bengawan Solo Hilir. DAS Bengawan Solo Hulu meliputi 
enam Sub DAS, yaitu : Sub DAS  Keduang (42.644 Ha), Sub DAS Alang 
Unggahan (23.728 Ha),  Sub DAS Wiroko (20.580 Ha), Sub DAS Solo Hulu
(19.976 Ha), Sub DAS Wuryantoro (7.333 Ha), Sub DAS Temon (6.753 Ha).  
Beberapa permasalahan yang dihadapi petani di wilayah Sub DAS Keduang
adalah perubahan iklim; adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian;
sedimentasi; dan erosi yang menyebabkan degradasi tanah sehingga menurunkan
produktivitas lahan pertanian. Adanya perubahan iklim, kemiringan lahan, dan
hal-hal yang mengganggu ekosistem di wilayah sub DAS Keduang, serta
tingginya harga input yang akan berpengaruh terhadap pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga petani. Hal tersebut akan berpengaruh juga terhadap
ketahanan pangan rumah tangga petani di wilayah Sub DAS Keduang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani dari aspek ketersediaan, akses, dan pemanfaaatan pangan; mengkaji  

 
faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan rumah tangga petani;  dan
mengkaji pengaruh sub sistem ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan
terhadap status gizi rumah tangga petani di wilayah Sub DAS Keduang Wonogiri.
Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)
dan penentuan sampel wilayah penelitian juga dilakukan secara sengaja
(purposive) di daerah hulu, tengah, dan hilir dengan pertimbangan kecamatan
yang terpilih memiliki persentase terluas yang dialiri oleh Sub DAS Keduang,
sehingga terpilih 3 kecamatan.  Dalam penelitian ini ditentukan wilayah yang
mewakili hulu yaitu kecamatan Jatipurno, wilayah tengah diwakili oleh
kecamatan Jatisrono, dan wilayah hilir diwakili oleh kecamatan Sidoharjo. Dari
sejumlah populasi petani padi maka diperoleh sampel sebanyak 344 responden
yang ditentukan secara proporsional dari masing-masing kecamatan terpilih.
Metode analisis data untuk menjawab tujuan pertama menggunakan klasifikasi
silang Angka Kecukupan Energi (AKE) dan Proporsi Pengeluaran Pangan (PPP),
sedangkan untuk menjawab tujuan kedua menggunakan metode regresi linier
berganda. Tujuan penelitian ketiga dianalisis dengan menggunakan PLS SEM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan rumah
tangga petani 39,83 persen tahan pangan, 29,65 persen rentan pangan, 14,83
persen kurang pangan, dan 15,70 persen rawan pangan.  Dari aspek ketersediaan
pangan menunjukkan bahwa rumah tangga petani memiliki ketersediaan pangan
pokok (beras) sebesar 2.181,11 kkal/kap/hari, yang tergolong tinggi.  Mayoritas
rumah tangga petani sebesar 62,50 persen memiliki ketersediaan pangan pokok
yang tergolong tinggi
Dari aspek akses pangan secara ekonomi, proporsi pendapatan usahatani
sebesar 41,54 persen, dan luar usahatani sebesar 58,46 persen. Pendapatan
usahatani lebih kecil daripada pendapatan di luar usahatani. Besarnya proporsi
pengeluaran pangan rumah tangga petani sebesar 58,75 persen yang artinya
pengeluaran pangan masih mengambil sebagian besar bagian dari pengeluaran
rumah tangga, dari aspek pemanfaatan pangan menunjukkan bahwa tingkat
kecukupan energi sebesar 1.833,37 kkal/org/hari, dan tingkat kecukupan protein
sebesar 58,90 gr/org/hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan usahatani, luas
lahan, harga gabah, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan pendapatan
keluarga secara simultan berpengaruh terhadap ketersediaan panagn rumah tangga
petani, sedangkan secara parsial pendapatan usahatani, luas lahan, harga gabah,
dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata terhadap ketersediaan pangan
pokok rumah tangga petani. 
Sub sistem ketersediaan pangan merupakan sub sistem yang paling
berpengaruh terhadap status gizi rumah tangga petani di wilayah Sub Daerah
Aliran Sungai Keduang Kabupaten Wonogiri