Abstrak


Eksistensi Pesanggrahan Langenharjo sebagai Media Pelestarian Budaya Jawa


Oleh :
Anita Karlina - K4419016 - Fak. KIP

Anita Karlina. K4419016. Pembimbing I: Prof. Dr. Leo Agung S., M.Pd. Pembimbing II: Drs. Herimanto, M. Pd, M.Si. EKSISTENSI PESANGGRAHAN LANGENHARJO SEBAGAI MEDIA PELESTARIAN BUDAYA JAWA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta Januari 2024.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang berdirinya Pesanggrahan Langenharjo, (2) eksistensi Pesanggrahan Langenharjo sebagai media pelestarian budaya Jawa, (3) hambatan dalam menjaga eksistensi Pesanggrahan Langenharjo sebagai media pelestarian budaya Jawa.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data penelitian ini meliputi informan, yaitu pemangku dan abdi dalem Pesanggrahan Langenharjo, pengunjung, staf Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, dan staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukoharjo, dokumen, dan peristiwa di Pesanggrahan Langenharjo. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Uji validitas menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi data dan metode.  Sedangkan analisis datanya menggunakan teknik analisis data model interaktif. 

Hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) Berdirinya Pesanggrahan Langenharjo dilatarbelakangi dua hal yaitu Kebiasaan yang dimiliki raja “Njajah Desa Milangkori” berkeliling desa diluar istana, seperti halnya Sunan Pakubuwon IX yang gemar mengembara memantau rakyatnya sehingga dibuatlah Pesanggrahan Langenharjo sebagai tempat peristirahatannya; Cerita rakyat berdasarkan Babad Langenharjan adanya wangsit yang diperoleh calon putra mahkota pakubuwono IX ketika beristirahat dalam mengembaranya untuk menjadikan tempat peristirahatannya sebagai pesanggrahan. Pesanggrahan Langenharjo selesai dibangun pada tanggal 15 Juli 1931 di masa Pakubuwono X. Pesanggrahan Langenharjo berfungsi sebagai sarana menyepi (meditasi), kantor sekretariat negara, dan sekarang dibuka untuk masyarakat umum yang ingin rekreasi sejarah, budaya ataupun spiritual, (2) Eksistensi Pesanggrahan Langenharjo di masa sekarang didedikasikan sebagai media pelestarian seni budaya Jawa untuk bersama-sama nguri-nguri seni dan budaya Jawa dengan terdapat dua bentuk cara, yaitu Culture Experience adanya kegiatan seperti wiyosan, meditasi, kungkum, wayang kulit, ngalap berkah, tarian Jawa, latihan gending, maupun tembang macapat dan Culture Knowledge adanya Youtube Pesanggrahan Langenharjo, serta berbagai peran yang membantu baik dari Pesanggrahan Langenharjo, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukoharjo, maupun Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X, (3) Hambatan yang dialami, yaitu kurangnya anggaran, pengelolaan manajemen yang belum optimal, dan pergeseran nilai-nilai budaya dalam masyarakat.