Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kesiapan smart city di Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan model smart city readiness yang telah dikembangkan oleh peneliti sebelumnya. Adapun metode penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Sebanyak 30 responden yang terdiri dari para stakeholder yang relevan dengan konteks smart city diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sementara itu,teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan Microsoft excel dan JASP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesiapan smart city Di Kota Surakarta sudah 86,48% siap dan berada di level smart. Selanjutnya pada hasil uji inter-rater reliability pada 9 (Sembilan) indikator komponen regional dan 6 (enam) indikator smart city dengan menggunakan krippendorff’s alpha menghasilkan nilai alpha yang berada direntang (α ˂ 0.67) yang menunjukkan kesepakatan yang rendah. Nilai alpha yang semakin mendekati 0 (nol) menunjukkan bahwa kesepakatan yang didapat di antara para penilai tidak lebih baik dari apa yang diharapkan secara kebetulan saja. Ini berarti para stakeholder tidak memiliki kesepakatan dalam menilai kesiapan smart city. Adapun saran yang dapat diberikan khususnya kepada Diskominfo SP Kota Surakarta untuk mengaktifkan dan mengklasterisasikan peran dewan smart city agar tercipta kolaborasi yang baik diantara para stakeholder.
