Perubahan struktur ruang dari monosentris
menjadi polisentris akibat pertumbuhan penduduk yang semakin besar di Kota
Bandung menyebabkan terjadinya interaksi wilayah. Daya tarik yang tinggi tetapi
tidak disertai sistem transportasi yang baik mengakibatkan dampak negatif
seperti pembangunan wilayah yang tidak merata dan permasalahan lalu lintas. Sebagai
salah satu transportasi publik di PPK Gedebage, angkot dapat mengatasi masalah
mobilitas dengan menyesuaikan trayek sesuai kebutuhan masyarakat di pusat
pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuain trayek angkot
yang dilihat berdasarkan sistem pusat pelayanan dan interaksi wilayah pada PPK Gedebage.
Kesesuaian trayek angkot akan ditinjau dari sistem pusat pelayanan dan jumlah
penduduk serta jarak antara kelurahan dengan pusat PPK. Metode analisis yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis entropi,
skalogram, gravitasi, kuadran, dan overlay. Hasil dari penelitian ini antara
lain terdapat pembagian kelurahan menjadi tiga kuadran berdasarkan prioritas pelayanan
trayek. Kuadran II yang merupakan prioritas terdiri dari tiga kelurahan yaitu
Kelurahan Margasari, Cipamokolan, dan Cisaranten Kulon. Berdasarkan analisis,
trayek angkot telah melayani 66,5?ri total luas keseluruhan kelurahan yang
memiliki prioritas terbesar. Namun, kelurahan pada kuadran yang lain
mendapatkan pelayanan dibawah 50%. Hal tersebut menunjukan bahwa trayek angkot
saat ini belum sepenuhnya melayani dan menjangkau seluruh kelurahan berdasarkan
urgensi sistem pusat pelayanan dan interaksi wilayah pusat PPK Gedebage,
sehingga dibutuhkan adanya penambahan trayek yang disesuaikan dengan besarnya potensi
dan interaksi antara kelurahan dengan pusat PPK Gedebage.