Abstrak


Resistensi Imigran terhadap Diskriminasi dalam Film Kafarnachum Karya Nadine Labaki (Kajian Poskolonialisme)


Oleh :
Kharismarta Eka Cahyani - B0520030 - Fak. Ilmu Budaya

Kharismarta Eka Cahyani. B0520030. Resistansi Imigran Terhadap Diskriminasi dalam Film Kafarnāchūm Karya Nadine Labaki (Kajian Poskolonialisme). Skripsi: Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Film Kafarnāchūm karya Nadine Labaki merupakan film yang membicarakan mengenai berbagai macam isu sosial yang ada di Lebanon, salah satunya adalah isu mengenai imigran. Isu ini digambarkan melalui tokoh bernama Rahil yang merupakan imigran ilegal yang berasal dari Ethiopia. Dalam film tersebut, Rahil digambarkan sebagai bagian dari masyarakat subaltern yang mengalami berbagai macam bentuk diskriminasi, yang kemudian menimbulkan adanya sikap perlawanan atau resistansi. Penelitian ini membahas tentang resistansi imigran terhadap diskriminasi dalam film Kafarnāchūm karya Nadine Labaki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk diskriminasi yang dialami tokoh imigran sebagai kaum subaltern dalam film serta menguraikan resistansi terhadapnya.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menganalisis data-data berupa dialog dan adegan terkait bentuk diskriminasi yang dialami oleh tokoh imigran sebagai kaum subaltern dan bentuk resistansinya terhadap diskriminasi tersebut. Adapun teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpukan data dari catatan peristiwa yang berbentuk dialog dan gambar adegan yang berkaitan dengan bentuk diskriminasi dan resistansinya dalam film Kafarnāchūm karya Nadine Labaki.

Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, terdapat delapan bentuk diskriminasi yang dialami tokoh imigran sebagai kaum subaltern dalam film Kafarnāchūm karya Nadine Labaki, yaitu pekerjaan bergaji rendah, hunian tidak layak, pemerasan, larangan untuk hamil dan melahirkan, gaslighting, gaji tidak dibayarkan, sulit mendapatkan pekerjaan, dan korban human trafficking. Kedua, ditemukan enam bentuk resistansi yang dilakukan tokoh imigran melakukan melakukan dalam mengadapi diskriminasi tersebut. Enam resistansi tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu untuk institusional, noninstitusional, dan antiinstitusional. Kategori resistansi yang pertama terdiri dari dua resistansi, yaitu mencari penghasilan tambahan dan bersikap tegas. Kategori resistansi yang kedua terdiri dari satu resistansi, yaitu mengelabui polisi. Kategori resistansi yang ketiga terdiri dari tiga resistansi, yaitu memalsukan identitas, melakukan negoisasi dengan makelar identitas palsu, dan melarikan diri dari majikan.