Abstrak


Perkembangan Pentas Seni Wayang Wong Sriwedari Surakarta pada Masa Sri Susuhunan Pakubuwana X


Oleh :
Bagaskara Dewa Krisanto - K4418016 - Fak. KIP

Bagaskara Dewa Krisanto. K4418016. Perkembangan Pentas Seni Wayang Wong Sriwerdari Surakarta Pada Masa Sri Susuhunan Pakubuwana X. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Seblas Maret, Januari 2024. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) sejarah awal munculnya pentas seni wayang wong Sriwerdari pada masa Sri Susuhunan Pakubuwana X, (2) perkembangan pentas seni wayang wong Sriwerdari ditinjau dari tokoh pemeran dan tata busana pada masa Sri Susuhunan Pakubuwana X. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode historis, yang dilakukan dalam lima tahapan yaitu pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi, historiografi (penulisan sejarah). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer meliputi arsip Wajang Wong Spelers op Java, Wajang wong-voorstelling Hirawan bagno aan het hof van de mangkoe Nagoro te Sorakarta. 1890, dan foto-foto yang berhubungan dengan pentas seni wayang wong Sriwerdari pada masa Sri Susuhunan Pakubuwana X. Sumber sekunder yang digunakan berupa buku, jurnal, skripsi yang relevan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dan studi pustaka. Analisis data penelitian ini menggunakan analisis data historis. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa (1) Sejarah awal munculnya pentas seni wayang wong Sriwerdari muncul pada tahun 1910 atas kehendak Sri Susuhunan Pakubuwana X. Pakubuwana X memiliki keinginan untuk menciptakan sebuah ruang komunikasi publik agar hubungan antara pihak keraton dan masyarakat menjadi lebih dekat dan erat. Alih fungsi taman Sriwerdari yang pada awalnya merupakan tempat istirahat bagi raja berubah menjadi fasilitas publik yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Maka dari itu, wayang wong muncul dan berkembang serta pentas di dalam Taman Sriwerdari untuk menjadi bagian dari sarana yang mempererat hubungan antara pihak keraton dan masyarakat umum lewat pendekatan budaya. (2) Perkembangan pentas seni wayang wong Sriwerdari ditinjau dari tokoh pemeran mulai diperhatikan secara detail pada saat panggung prosenium selesai dibagun pada 1930. Penerimaan pemain wayang wong Sriwerdari bukan hanya mengambil para pemain veteran yang telah memiliki pengalaman saja, namun mulai dibuka untuk masyarakat umum. Penerimaan pemain diperhatikan secara detail, disesuaikan dengan ikonografi wayang yang berdasar pada bentuk atau gambaran wayang kulit. Perkembangan tata busana wayang wong Sriwerdari juga ikut berkembang pada saat yang sama ketika panggung prosenium selesai dibangun. Tata busana wayang wong dulunya hanya mengedepankan penggunaan warna, berkembang secara detail dengan penggunaan berbagai macam aksesoris serta perlengkapan untuk menggambarkan watak tokoh wayang. Penggunaan atribut ditata sesuai dengan karakter tokoh dan juga aksesoris yang gemerlapan menjadi hasil akhir dari perkembangan tata busana wayang wong Sriwerdari.