Industri konstruksi global merupakan kontributor terhadap emisi gas rumah kaca. Bahan konstruksi berbasis kayu memiliki konsekuensi lingkungan lebih baik. Namun, terdapat kelemahan berupa kelangkaan dan harganya mahal. Saat ini berkembang kayu rekayasa, salah satunya Cross Laminated Timber (CLT).
Penelitian bertujuan menganalisis uji lentur CLT 3 lapis menurut jenis kayu dan ketebalan, yakni CLT Akasia 67 mm (25:17:25), CLT Akasia-Mindi 67 mm, dan CLT Akasia-mindi 51 mm (17:17:17). Antarlapis CLT direkatkan dengan adhesive jenis one-component polyurethane (1C-PUR) dengan sebaran perekat 160 gr/m2 menggunakan sistem pengempaan dingin dengan tekanan kempa sebesar 1,6 MPa selama 1,5 jam. Penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Fakultas Teknik, UNS dengan menggunakan metode eksperimental. Standar pengujian lentur CLT berdasar kepada FprEN 16351.
Kayu Akasia memiliki sifat mekanis yang lebih baik (mutu E8) dibandingkan Mindi (mutu E5) dengan rata-rata MOR dan MOE kayu Akasia 43,48 MPa; 8918,24 MPa dan Mindi 31,62 MPa; 3824,04 MPa. Rata-rata beban maksimum terbesar pada CLT Akasia 67mm (19,24 kN) diikuti CLT Akasia-Mindi 67 mm (17,39 kN) dan CLT Akasia-Mindi 51mm (11,23 kN). CLT Akasia 67 mm memiliki rata-rata nilai MOR paling rendah (40,92 MPa) dibandingkan dengan CLT Akasia-Mindi 67 mm (61,26 MPa) dan CLT Akasia-Mindi 51mm (53,40 MPa). Rata-rata MOE tertinggi pada CLT Akasia 67mm (17964,79 MPa) yang mana lebih besar 3% dibandingkan CLT Akasia-Mindi 67mm (17471,85 MPa), sedangkan MOE terendah pada CLT Akasia-Mindi 51 mm (911598,47 MPa). Secara umum, CLT Akasia-Mindi ketebalan 67 mm paling seimbang dengan nilai MOR tertinggi dan MOE yang hampir setara dengan Akasia murni. Hal ini menjadikannya pilihan terbaik untuk berbagai aplikasi struktural yang membutuhkan kekuatan lentur dan kekakuan. Dalam hal harga pun, kombinasi kayu Akasia dan Mindi lebih murah daripada CLT yang menggunakan kayu Akasia saja.
