Peralihan
energi dari kendaraan ICE (Internal
Combustion Engine) ke kendaraan EV (Electrical
Vehicle) memacu percepatan pengembangan teknologi. Peralihan energi ini
juga sejalan dengan kerusakan iklim diberbagai penjuru dunia sebagai dampak
dari penggunaan kendaraan ICE selama bertahun-tahun. EV mampu mengurangi
konsumsi bahan bakar fosil dengan menggantikannya dengan bahan bakar listrik
yang tersimpan di dalam baterai. Pada umumnya baterai yang ada di pasaran
menggunakan jenis baterai LFP yang memiliki tingkat densitas energi yang tinggi
baik dalam proses pelepasan maupun pengisian. Namun, dalam proses pelepasan dan
pengisian energi tersebut terdapat fenomena panas yang mengakibatkan serapan
energi pada baterai tidak berjalan dengan optimal sehingga memiliki tingkat
performa yang kurang baik dalam hal kapasitas, energi, dan temperature. Penelitian
ini akan menguji perbandingan performa baterai pada penggunaan pendingin
terkontrol pada suhu terjaga (25°C - 30°C) dan pendingin terkontrol pada suhu
terjaga (30°C - 35°C) serta tanpa pendingin. Dari hasil yang didapatkan
penjagaan suhu pada range (30°C - 35°C) memiliki tingkat performa yang lebih
baik dalam segi kapasitas, energi, dan temperatur. Proses kontrol yang ada
digunakan menggunakan logika fuzzy mamdani yang mampu untuk menjaga suhu
agar tetap pada range suhu ideal pada baterai.