Electric vehicle (EV)
atau kendaraan listrik telah menjadi solusi utama dalam upaya untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim. Salah satu bagian paling penting dari EV
adalah baterai. Baterai yang digunakan adalah jenis baterai sekunder (secondary
battery). Sampai saat ini baterai dengan karateristik kepadatan energi yang
tinggi dan masa pakai yang lama adalah baterai jenis lithium ion batteries (LIBs).
Penggunaan LIB ini terdapat beberapa permasalahan yang akan dihadapi. Salah
satu alasan paling penting dalam penggunaan LIB ini adalah adanya Thermal
Runaway (TR) yang disebabkan oleh hubungan pendek di cell baterai. Lithium-Ion
Battery mempunyai karakteristrik kerja sesuai dengan temperaturnya. Baterai
jenis ini dapat bekerja optimal dalam rentang suhu 30-40°C. Dibutuhkan sistem
bernama battery thermal management system (BTMS) untuk menghindari
kondisi thermal runaway pada saat baterai digunakan. Maka dari itu,
dibutuhkan BTMS menggunakan indirect liquid cooling system dengan
variasi c-rates dan variasifluida menggunakan aluminium plate untuk
aliran fluida pada baterai lithium ion berbentuk silinder. Penelitian
dilakukan dengan metode CC-CV pada charging dan discharging. Aluminium
plate digunakan sebagai pendingin dengan dialiri melalui pompa dan
terhubung ke radiator untuk mengeluarkan panas. Hasil dari penelitian nilai
suhu baterai meningkat seiring kenaikan c-rates yang digunakan. Hasil
dari charging dengan menggunakan pendingin menunjukan penuruan untuk
variasi 0,5C turun 2,25%, variasi 0,75C turun 7,68%, dan variasi 1C turun 7,55%
serta pada discharging dengan variasi 1C turun 3,07%. Perbedaan fluida
dengan H2O murni dan etilen glikol pada charging 1C turun 3,34?n discharging
1C turun 5,27%. Cooling system ini dapat menurunkan suhu dan
memaksimalkan kapasitas baterai. Sementara itu, etilen glikol lebih efektif
untuk menurunkan suhu dibandingkan H2O murni.