Abstrak


Pembuatan Reed Diffuser dari Limbah Ampas teh Menggunakan Metode Ekstraksi


Oleh :
Muftiyasfu Tahshilus Sa'adah - V2621028 - Sekolah Vokasi

Peningkatan konsumsi teh oleh berbagai kalangan masyarakat, baik untuk keperluan formal maupun sehari-hari, telah menyebabkan lonjakan outlet penjualan minuman olahan berbahan dasar teh. Di Surakarta, outlet-outlet ini umumnya tersebar di pinggir jalan raya dan area kampus, yang meningkatkan produksi limbah ampas teh setiap harinya. 

Limbah ampas teh memiliki potensi untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi produk dengan nilai jual. Limbah ampas teh dapat diolah menjadi minyak atsiri dengan cara ekstraksi sehingga dapat membantu mengurangi jumlah limbah. Minyak atsiri teh dapat dijadikan aromaterapi karena aroma yang dihasilkan teh hijau akan menyegarkan, memberikan relaksasi, dan dapat menurunkan stres. Minyak atsiri teh kemudian akan digunakan sebagai pembuatan pengharum ruangan reed diffuser. Reed diffuser adalah pengharum ruangan berbentuk cair, yang penggunaanya dapat diletakkan di atas meja ruangan yang diinginkan, dengan memanfaatkan reed atau stik untuk menyerap wewangian yang ada di dalam botol. Pada dasarnya reed diffuser yang hanya mengandalkan stik tidak membutuhkan listrik untuk memunculkan aroma. 

Pengambilan minyak atsiri dari limbah ampas teh dapat dilakukan menggunakan ekstraksi dengan metode maserasi dan soxhletasi. Komposisi bahan divariasikan dengan perbandingan limbah dan teh baru berturut-turut sebesar 1:0, 1:1, dan 0:1. Metode maserasi dilakukan dengan merendam limbah ampas teh kering pada gelas beaker dengan pelarut berupa etanol 96% selama 3 hari dengan dilakukan pengadukan selama 10 menit diwaktu yang sama setiap harinya. Metode soxhletasi dilakukan dengan cara membungkus bahan dengan kertas saring kemudian dikontakkan dengan uap pelarut sehingga mengembun dan menetes pada bahan yang diekstraksi. Apabila pelarut yang merendam bahan sudah melampaui tinggi pengalir akan mengalir ke labu leher tiga. Proses Soxhletasi dilakukan pada temperatur 80°C dan selama tiga kali refluks. Minyak atsiri yang dihasilkan akan dilakukan pemurnian untuk menguapkan sisa pelarutnya. Proses pemurnian minyak atsiri dilakukan dengan rotary vacuum evaporator dengan temperatur 80°C selama 30 menit. Hasil proses pemurnian kemudian dicampur dengan dipropylene glycol dan etanol untuk pembuatan reed diffuser aroma teh. 

Minyak atsiri teh yang dihasilkan dikarakterisasi dengan uji Fourier Transform Infrared (FTIR) dan pengujian kesukaan responden terhadap minyak atsiri yang dihasilkan. Hasil rendemen minyak atsiri formula 1 sebesar 11,61%, rendemen minyak atsiri formula 2 sebesar 17,41%, dan rendemen minyak atsiri formula 3 sebesar 174,71%. Hasil pengujian FTIR menunjukkan bahwa semua sampel memiliki pola gelombang yang sama dan terdeteksi adanya gugus fungsi berupa CH, C=C, CH2-OH, dan C-O yang sesuai dengan guus fungsi senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri teh, seperti trigliserida, flavonoid, tanin, dan theaflavin. Pengujian kesukaan responden terhadap minyak atsiri dilakukan terhadap 30 resonden dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan responden terhadap kenampakan, warna dan aroma minyak atsiri yang telah dihasilkan. Pada uji kesukaan responden terhadap minyak atsiri teh yang dihasilkan yaitu responden menyukai minyak atsiri formula 1 yaitu hasil maserasi limbah teh.