Abstrak


STRATEGI PUSAT KAJIAN PEREMPUAN SOLO (PUKAPS) DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA


Oleh :
Zira Naily Amaliya - K8420084 - Fak. KIP

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilaksanakan oleh PUKAPS dalam meningkatkan pendidikan seksualitas pada remaja di Surakarta dan mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat PUKAPS dalam meningkatkan pendidikan seksualitas pada remaja di Surakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus. Sumber data penelitian meliputi data primer dan sekunder dengan informan terdiri dari: program director, manager program, ketua divisi education and lore, ketua divisi advocacy and external, dan 4 remaja laki-laki perempuan usia 15-25 tahun. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui tiga jenis yaitu:  observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Teknik uji validitas menggunakan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik Miles dan Huberman yang terdiri dari (1) pengumpulan data (data collection) (2) reduksi data (date reduction) (3) penyajian data (data display) dan (4) penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu sebagai berikut: Pertama, strategi yang dijalankan oleh PUKAPS dalam meningkatkan pendidikan seksualitas pada remaja di Surakarta sebagai berikut: (1) Edukasi melalui diskusi dan projek yang meliputi: sea-project, fem stride safer space workshop, dan fem stride class, (2) Kolaborasi pembuatan film pendek dengan judul “Payung Dara”, (3) Pembuatan zine vol I dengan tema “sexual violence aginst women little finger”, (4) Pemanfaatan teknologi informasi “media sosial”,  (5) Pelayanan advokasi berupa pendampingan korban kekerasan seksual. Kedua, faktor pendorong dan faktor penghambat yang mempengaruhi strategi yang dijalankan oleh PUKAPS dalam meningkatkan pendidikan seksualitas pada remaja di kota Surakarta. Faktor pendorong yaitu sebagai berikut: (1) Melekatnya budaya patriarki dan minimnya pendidikan seksualitas, (2) Peningkatan kesadaran remaja dan keterbukaan digitalisasi, (3) Dukungan pendanaan dari mitra dalam negeri dan luar negeri, (4) Kerja sama dan keterlibatan masing-masing divisi. Sedangkan,faktor penghambat yaitu: (1) Keterbatasan SDM dan knowledge asset yang tidak merata, (2) Keterbatasan sarana prasarana, (3) Keterbatasan akses untuk kaum “disabilitas”, (4) Resistensi dari pihak luar, (5) Kurangnya kolaborasi dengan Pemerintah.