Pemenuhan protein hewani dari sapi potong di Indonesia tergolong masih
rendah. Oleh sebab itu, pengembangan usaha peternakan sapi potong menjadi salah
satu upaya yang dapat dilakukan dan menjadi peluang usaha yang menguntungkan.
Tujuan dilaksanakannya kegiatan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui dan
mengevaluasi manajemen pemeliharaan sapi potong, mengamati keadaan umum
perusahaan dan menganalisis kelayakan usaha sapi potong di TKTDW Farm.
Materi yang digunakan yaitu alat tulis, alat dokumentasi, wearpack, timbangan,
sepatu boots dan daftar pertanyaan. Metode yang digunakan yaitu pengamatan
secara langsung, wawancara dan studi pustaka. Hasil tugas akhir menunjukkan jenis
sapi yang dipelihara yaitu sapi jenis Simmental, Limousin, Peranakan Ongole, dan
Madura. Pemilihan bakalan memperhatikan fisik dan kesehatan ternak.
Pemeliharaan dengan menggunakan kandang tipe ganda individu dengan model
kombinasi dan alas terbuat dari beton cor. Pakan yang diberikan berupa pakan
hijauan dan konsentrat dengan frekuensi pemberian dua kali sehari. Average Daily
Gain rata-rata sebesar 0,38 kg/ekor/hari untuk sapi ekonomis dan 1,17 kg/ekor/hari
untuk sapi jumbo, Feed Conversion Ratio rata-rata sebesar 17,33 untuk sapi
ekonomis dan 14,61 untuk sapi jumbo, Feed Cost per Gain rata-rata sebesar Rp
80.401 untuk sapi ekonomis dan Rp 65.979 untuk sapi jumbo, serta Feed Efficiency
Ratio sebesar 5,8% untuk sapi ekonomis dan 7% untuk sapi jumbo. Manajemen
kesehatan yakni penyuntikan vaksin, obat dan vitamin hingga penerapan
biosekuriti, sayangnya penerapan biosekuriti belum optimal. Limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat dan cair yang tidak diolah. Pemasaran
menggunakan media online dan secara langsung. Analisis usaha berupa Benefit
Cost Ratio bernilai 1,2, Break Event Point (rupiah) sebesar Rp 496.347.000
sedangkan dalam unit sebesar 12 ekor, dan Payback Period of Credit sebesar 2,7.
Kesimpulannya, manajemen pemeliharaan cukup baik dan usaha layak untuk
dilanjutkan. Akan tetapi, masih ada yang perlu dibenahi yaitu aspek biosekuriti
yang masih belum memadai.