Pemanasan
global mengancam ekologi, lingkungan, perekonomian, dan masyarakat. Indonesia,
salah satu dari sepuluh negara penghasil emisi CO2 terbesar di dunia pada tahun
2021, bertujuan untuk mengurangi emisi menjadi sekitar 449 MtCO2 pada tahun
2030 untuk memenuhi komitmen Perjanjian Paris. Sektor transportasi, yang
menyumbang 25% emisi CO2, menjadi peluang pengurangan emisi.
Meskipun terdapat peningkatan adopsi sepeda motor listrik dan kebijakan yang
mendukung, namun tingkat adopsi saat ini masih belum cukup untuk memenuhi
target 13 juta kendaraan roda dua listrik pada tahun 2030. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi atribut-atribut yang mempengaruhi adopsi
sepeda motor listrik di Indonesia. Berdasarkan sampel sebanyak 841 responden,
dilakukan analisis regresi logistik biner terhadap Willingness to Buy
(WTB) dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu faktor sosiodemografis, Marketing
Mix 4P, dan perceived risk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
beberapa atribut yang berpengaruh secara signifikan terhadap keinginan membeli
sepeda motor listrik, antara lain, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan
keluarga, jumlah anggota keluarga, ketahanan motor, harga beli, kesesuaian
harga-value, subsidi pembelian, biaya perawatan, ketersediaan dan lokasi
pusat layanan, aspek promosi, dan persepsi risiko yang dirasakan. Solusi
alternatif untuk meningkatkan tingkat adopsi antara lain menggencarkan
pemasaran tertarget, kemitraan antar-bisnis, peningkatan inovasi spesifikasi
produk, optimalisasi jaringan distribusi, dan beberapa inovasi terkait cara
memasarkan produk. Penelitian ini memberikan wawasan teoretis dan praktis
mengenai dampak atribut dalam Marketing Mix 4P, sosiodemografis, dan perceived
risk yang dirasakan responden terhadap WTB, serta menawarkan solusi yang
diharapkan dapat membantu mempercepat adopsi sepeda motor listrik di Indonesia.