Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui langkah strategis penanaman dan pemaknaan nilai
guyub rukun dan ewuh pakewuh serta wujud aktualisasinya pada siswa tunanetra.
Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas
Luckmann sebagai upaya dalam membentuk karakter siswa tunanetra di SLB A YKAB
Surakarta sesuai dengan nilai guyub rukun dan ewuh pakewuh. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik wawancara dilaksanakan
dengan informan yang terlibat dalam proses kontruksi sosial nilai guyub rukun
dan ewuh pakewuh pada siswa tunanetra, meliputi kepala sekolah, guru dan siswa
tunanetra SLB A YKAB Surakarta serta komunitas Solo Bersimfoni. Informan dalam
penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yang terdiri dari
siswa tunanetra kelas 5 SD, guru pengajar selama minimal 3 tahun, dan kepala
sekolah periode 2024. Teknik pengumpulan data dengan observasi berupa pengamatan
terlibat secara langsung dalam aktivitas guru dan siswa tunanetra dalam
pembelajaran dan kehidupan sehari-hari. Teknik dokumentasi dilakukan dengan
pengumpulan data melalui berbagai sumber literatur dengan menganalisis dokumen
artikel dan situs web yang relevan dilengkapi foto penelitian. Data-data yang
telah dikumpulkan dikaji dengan menggunakan teknik analisis model interaktif
oleh Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadinya
proses konstruksi sosial nilai guyub rukun dan ewuh pakewuh pada siswa
tunanetra yang diupayakan dengan 3 tahapan. Tahapan tahapan tersebut antara
lain: (1) Diawali dengan pengenalan terhadap nilai guyub rukun dan ewuh pakewuh
pada siswa tunanetra yang dilakukan dengan menggunakan media buku braille
cerita rakyat dan metode bercerita oleh guru; (2) Pemaknaan terhadap kedua
nilai tersebut sebagai respon atas pengenalan yang telah dilakukan; (3) Tahap
aktualisasi nilai guyub rukun dan ewuh pakewuh pada siswa tunanetra. Proses
aktualisasi nilai diupayakan melalui 3 strategi, yaitu (1) Kegiatan
ekstrakurikuler berupa senam dan jalan sehat dengan membiasakan bersosialisasi
dengan lingkungan sosial untuk mecerminkan kebiasaan sopan santun; (2) Kegiatan
Orientasi Mobilitas dengan membiasakan saling bergandengan tangan untuk
mencerminkan kebiasaan saling tolong-menolong dan kebersamaan; (3) Pendidikan
terintegrasi mata Pelajaran Bahasa Jawa dengan menerapkan 3 kata Ajaib untuk
mencerminkan sikap segan dengan guru.