Abstrak
    
        
Profil Kemampuan Numerasi Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Tipe AKM Materi Geometri dan Pengukuran Ditinjau dari Gaya Kognitif SMP MTA Gemolong Tahun Ajaran 2022/2023
    
    
        Oleh :
        Zahrotul Jannah - K1317078 - Fak. KIP
    
    
        Zahrotul Jannah. PROFIL KEMAMPUAN NUMERASI SISWA KELAS VIII DALAM 
MENYELESAIKAN SOAL ASESMEN KEMAMPUAN MINIMUM (AKM) MATERI GEOMETRI DAN 
PENGUKURAN DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SMP MTA GEMOLONG TAHUN AJARAN 
2022/2023. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 
Sebelas Maret Surakarta, Juli 2024.
Kemampuan numerasi adalah 
kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ide-ide matematika dalam
 membuat keputusan berdasarkan interpretasi informasi yang terdapat di 
kehidupan nyata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan 
mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa dalam menyelesaikan soal tipe 
AKM materi Geometri dan Pengukuran dengan gaya kognitif Field 
Independent (FI) dan Field Dependent (FD). Metode penelitian yang 
digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengambilan subjek
 penelitian yang digunakan adalah purposive sampling yang diambil 
berdasarkan gaya kognitif, yaitu 2 siswa dengan gaya kognitif strongly 
FI dan 2 siswa dengan gaya kognitif strongly FD. Teknik pengumpulan data
 yaitu dengan menggunakan teknik wawancara berbasis tugas. Teknik yang 
digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu menggunakan triangulasi 
waktu. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian
 data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian 
didasarkan indikator kemampuan numerasi yaitu siswa dengan gaya kognitif
 Field Independent (FI) adalah (a) Siswa memenuhi indikator menggunakan 
berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan matematika dasar 
untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks dalam kehidupan 
sehari-hari. Siswa terampil menggunakan rumus-rumus yang diperlukan 
serta dapat menggunakan satuan dengan tepat, walaupun masih ada beberapa
 letak kesalahan hitung dalam menjalankan operasi hitung (baik subjek 
FI1 maupun subjek FI2), namun secara umum siswa sudah paham konsep yang 
dikerjakan dalam memecahkan masalah praktis dalam konteks sosial budaya 
dan personal, (b) Siswa memenuhi indikator menganalisis informasi yang 
ditampilkan dalam bentuk soal cerita dan gambar. Dari hasil 
pengerjaannya, subjek FI1 dan FI2 mampu memahami maksud soal, 
menuliskannya dalam poin singkat, menjelaskannya kepada peneliti dengan 
bahasa sendiri, serta mampu mengidentifikasi kaitan antar informasi yang
 termuat pada soal sebagai bekal penyusunan ide, gagasan dan skema awal 
penyelesaian masalah, (c) Siswa memenuhi indikator menggunakan 
interpretasi hasil analisis untuk mengambil keputusan. Dari hasil 
pengerjaannya, subjek FI1 dan FI2 mampu menentukan dan menjalankan 
operasi dan strategi penyelesaian masalah sesuai dengan pemahaman konsep
 dan prosedur dalam matematika melalui langkah-langkah yang tepat. Siswa
 juga mampu membuat kesimpulan hasil penyelesaian masalah disertai 
argumen matematis secara tepat. Selain dari itu, didapatkan temuan lain,
 bahwasanya subjek FI1 dan FI2, pada tes yang pertama, berusaha menjawab
 secara maksimal di setiap soal yang ditemui, sehingga sampai waktu 
dinyatakan habis masih ada 1 soal yang belum dikerjakan/belum 
terselesaikan sampai akhir karena terlalu fokus di 2 soal yang  
sebelumnya. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik gaya kognitif 
Field Independent yang cenderung mampu mencari informasi lebih banyak di
 luar konten yang sudah ada, lebih analitik dalam menerima informasi, 
serta cara membuat perbedaan konsep dan keterkaitannya adalah dengan 
membuat konsep tertentu dan sedikit tumpang tindih. Hal-hal tersebut 
yang mengakibatkan subjek FI dalam mengerjakan soal menuntut waktu yang 
lebih banyak daripada subjek FD.
Selanjutnya, siswa dengan gaya 
kognitif Field Dependent (FD), hasilnya adalah (a) Siswa tidak memenuhi 
indikator menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait 
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai konteks 
dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil pengerjaannya, subjek FD1 dan 
FD2 kurang terampil dalam menggunakan rumus-rumus yang diperlukan, 
kurang tepat dalam menggunakan dan mengonversi satuan, serta banyak 
ditemukan kesalahan dalam menjalankan operasi hitung. Walaupun subjek 
FD1 dalam tes kedua diketahui ada peningkatan, akan tetapi secara umum 
kedua subjek kurang menguasai konsep yang dikerjakan dalam memecahkan 
masalah praktis dalam konteks sosial budaya dan personal, (b) Siswa 
memenuhi indikator menganalisis informasi yang ditampilkan dalam bentuk 
soal cerita dan gambar. Kedua subjek cukup memahami kaitan antar 
informasi yang termuat dalam soal. Subjek FD2 mampu menuliskan ke lembar
 jawab dalam poin-poin singkat, sedangkan subjek FD1 dalam menuliskan 
apa yang diketahui dan yang ditanyakan kebanyakan masih deskripsi 
panjang. Saat diwawancarai peneliti, kedua subjek mengkomunkasikannya 
sebagian besar hanya seperti membaca ulang soal (bukan dengan bahasa 
sendiri), (c) Siswa tidak memenuhi indikator menggunakan interpretasi 
hasil analisis untuk mengambil keputusan. Dari hasil pengerjaannya, 
subjek FD1 dan FD2 kurang mampu menentukan dan menjalankan operasi dan 
strategi penyelesaian masalah sesuai dengan pemahaman konsep dan 
prosedur dalam matematika melalui langkah-langkah yang tepat disebabkan 
terbatasnya pengetahuan dasar matematika yang dimiliki. Subjek FD1 dan 
FD2 juga kurang mampu membuat kesimpulan hasil penyelesaian masalah 
disertai argumen matematis secara tepat. Hal berkaitan dengan 
karakteristik siswa dengan gaya kognitif FD yang cenderung membuat 
analisis yang kurang tajam sehingga menyebabkan strategi penyelesaian 
yang tidak efisien.