Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan salah satu tanaman tropis dari
subsektor perkebunan yang memiliki beragam manfaat dan khasiat. Potensi
tanaman kelapa menjadikannya sebagai tanaman komersial yang memiliki nilai jual
tinggi. Saat ini banyak usaha industri yang mengembangkan produk turunan kelapa,
salah satunya minyak goreng Zico. Kualitas produk minyak goreng Zico mengalami
kendala yaitu tingginya jumlah produk minyak goreng yang kurang layak (produk
gagal) dibandingkan dengan jumlah produk minyak goreng yang layak (produk
bagus). Pengendalian kualitas penting dilakukan untuk menjaga kualitas produk
agar tetap memenuhi standar kualitas yang diterapkan.
Penelitian ini dilakukan di PT Pradja Agro Indoland dan bertujuan untuk
menganalisis pengendalian kualitas produksi minyak goreng Zico, mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan produk, serta merumuskan solusi
perbaikan kualitas. Metode yang digunakan yaitu metode Statistical Quality
Control (SQC) yang bertujuan untuk menganalisis apakah pengendalian kualitas
yang dilakukan sudah dikatakan layak atau tidak. Metode SQC menggunakan alat
bantu analisis yang dikenal dengan seven tools yang meliputi lembar pemeriksaan,
peta kendali, diagram alir, dan diagram sebab-akibat.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengendalian
kualitas minyak goreng Zico sudah layak namun masih perlu perbaikan
kedepannya. Pada lembar pemeriksaaan diketahui jenis kerusakan yang diamati
yaitu kerusakan secara fisik yaitu warna dan bau, serta kerusakan secara kimia yaitu
kadar air, kadar kotoran, dan kadar asam lemak bebas. Jenis kerusakan yang tidak
memenuhi standar SNI 01-3741-2002 adalah warna minyak kuning pucat, berbau
agak tengik, dan kadar air melebihi 0,1%. Diagram alir menunjukkan proses
produksi minyak goreng Zico yang meliputi penerimaan bahan baku, penyabunan,
pencucian, pemasakan, dan penyaringan. Berdasarkan peta kendali, tidak ada titik
yang melewati garis CL=0,0048; UCL=0,0068; LCL=0,0027 yang berarti kualitas
produk masih dapat ditoleransi. Diagram sebab-akibat menunjukkan bahwa
terdapat empat faktor yang mempengaruhi kerusakan produk yaitu bahan baku,
mesin, tenaga kerja, dan metode. Adapun solusi perbaikan yang diusulkan yaitu
peningkatan standar kualitas bahan baku, pembagian tugas pekerja sesuai
kemampuan dan keahlian, lebih rutin melakukan pemeliharaan mesin produksi, dan
meningkatkan pengawasan terhadap titik kritis produksi meliputi penambahan
larutan KOH, pengawasan suhu pemasakan, dan proses pencucian.