Selain fungsi ekonomis, iklan menjadi ruang di mana makna-makna tentang realitas dunia dikonstruksikan dan dibentuk sehingga iklan memiliki pesan terselubung. Iklan Rabbani di Instagram peneliti angkat karena iklan-iklan tersebut menyasar target audiens perempuan tetapi malah menampilkan penggambaran perempuan yang lekat dengan budaya patriarki yang merugikan perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana iklan Rabbani mengkonstruksi praktik budaya patriarki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan model analisis wacana Norman Fairclough dengan menggunakan tiga tahap analisis yaitu tahap deskripsi teks dimana wacana dilihat dari teks; tahap interpretasi yang melihat wacana sebagai praktik diskursif; dan tahap eksplanasi yang melihat wacana sebagai praktik sosiokultural. Dalam memaknai teks iklan Rabbani, peneliti juga mengacu pada teori Wacana oleh Michel Focault. Sedangkan untuk teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur, dokumentasi dan wawancara. Penelitian ini menunjukkan pada level teks, Iklan Rabbani mengandung wacana patriarki di dalamnya. Wacana patriarki tersebut ditunjukan melalui penggambaran peran dan karakter perempuan secara stereotip dan subordinatif. Pada level praktik diskursus, pihak produsen iklan Rabbani mengonstruksi perempuan dengan substansi kontroversi dan relevansi yang dibutuhkan untuk meningkatkan popularitas produk yang ditawarkan. Sedangkan dari sisi konsumen, penafsiran yang dilakukan penonton secara garis besar sama dengan yang ditangkap peneliti dalam analisis teks. Pada analisis level sosiokultural, karakter target market Rabbani dan ideologi bias gender memengaruhi bagaimana Rabbani mengkonstruksi perempuan dalam iklan. Dari hasil penelitian ini diharapkan pembuat iklan lebih sadar dan peka akan sensitivitas isu gender di lingkungan sekitar karena mereka memiliki kuasa melalui media dalam menciptakan dan melanggengkan nilai-nilai di masyarakat.