Abstrak


Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Diversifikasi Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Samigaluh Kabaupaten Kulonprogo


Oleh :
Latifah Dita Cahyani - H0820067 - Fak. Pertanian

Kulonprogo memiliki tingkat kemiskinan paling tinggi diantara kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta. Samigaluh merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Kulonprogo yang menempati urutan ke-4 kecamatan dengan kemiskinan tinggi di Kulonprogo. Kecamatan Samigaluh memiliki presentase kemiskinan sebesar 66,65% (BPS, 2022). Pemerintah Kecamatan Samigaluh memiliki kepedulian terhadap upaya diversifikasi konsumsi pangan melalui bantuan bibit, melakukan kegiatan heboh pangan lokal, dan rumah tangga aktif dalam posyandu serta Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Diversifikasi konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh faktor sosial dan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jumlah dan diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga miskin serta pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo. 

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan lokasi di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo. Sampel penelitian diambil secara proporsional random sampling dengan 70 rumah tangga miskin sebagai sampel. Data dikumpulkan melalui kuesioner, observasi, dokumentasi, dan food recall. Analisis data dilakukan dalam tiga tahapan: menghitung total energi yang dikonsumsi dengan NutriSurvey 2007, menganalisis diversifikasi konsumsi pangan dengan Skor Pola Pangan Harapan (PPH), dan uji regresi linear berganda menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pendapatan rumah tangga Rp1.670.556,00 per bulan, pengeluaran untuk konsumsi pangan Rp737.154,00 per bulan, dan rata-rata anggota keluarga 3 orang. Mayoritas responden berpendidikan SD dan SMP dengan skor pengetahuan gizi rata-rata 8/10. Konsumsi rata-rata 1.753,6 kkal/orang/hari atau 5.160,6 kkal/rumah tangga/hari dengan Tingkat Konsumsi Energi (TKE) 81,9% yang termasuk kategori defisit ringan. Diversifikasi konsumsi pangan rata-rata 75,6, belum mencapai skor ideal 100. Pengeluaran untuk konsumsi pangan, pemahaman terkait gizi, dan persepsi terhadap program diversifikasi konsumsi pangan berpengaruh signifikan positif terhadap diversifikasi konsumsi pangan, sementara jumlah anggota keluarga berpengaruh signifikan negatif; pendapatan dan pendidikan tidak berpengaruh signifikan. Kelemahan penelitian ini adalah adanya keterkaitan antara variabel independen. Saran yang dapat diberikan adalah meningkatkan produksi pangan melalui pemanfaatan pekarangan rumah untuk budidaya sayur dan buah serta usaha peternakan skala besar untuk mencukupi kebutuhan dan meningkatkan TKE. Pemerintah setempat harus mengedukasi pentingnya diversifikasi konsumsi pangan, pengolahan bahan pangan menjadi lebih bergizi, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin dengan mengolah hasil pertanian untuk penjualan bernilai tambah