Fenomena ketidaksantunan menjadi hal
yang umum terjadi di masyarakat baik secara lisan maupun tulis. Ketidaksantunan
juga dapat dijumpai dalam serial yang ditayangkan di berbagai aplikasi. Salah
satu serial web yang banyak ditemukan fenomena ketidaksantunan adalah serial
web 96 Jam.
Permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah (i) bagaimana strategi ketidaksantunan
yang digunakan tokoh-tokoh dalam serial web 96 Jam. dan (ii) bagaimana
respons terhadap ketidaksantunan yang terdapat dalam serial web 96 Jam.
Tujuan
dari penelitian ini adalah (i) mendeskripsikan strategi ketidaksantunan yang
digunakan tokoh-tokoh dalam serial web 96 Jam dan (ii) mendeskripsikan
respons terhadap ketidaksantunan yang terdapat dalam serial web 96 Jam.
Penelitian
ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang diterapkan dalam
penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Data dalam penelitian ini berupa
dialog yang memuat tuturan yang mengandung strategi ketidaksantunan dan respons
ketidaksantunan tokoh-tokoh serial web 96 Jam. Sumber data penelitian
ini berasal dari serial web 96 Jam. Metode penyediaan data dalam
penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik catat. Metode analisis
data yang digunakan adalah metode analisis kontekstual. Penyajian hasil
analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode informal.
Hasil analisis penelitian ini meliputi dua, yakni (i) strategi ketidaksantunan yang ditemukan terdiri dari lima strategi, yaitu strategi ketidaksantunan tanpa basa-basi, strategi ketidaksantunan positif, strategi ketidaksantunan negatif, strategi kesantunan semu atau sarkasme, dan strategi menahan kesantunan. Strategi ketidaksantunan positif meliputi tujuh substrategi yakni mengabaikan orang lain, mengucilkan orang lain, menarik diri dari mitra tutur, menunjukkan rasa ketidaktertarikan, menggunakan sebutan atau julukan yang tidak tepat, menggunakan bahasa tabu dan kasar, serta membuat orang lain merasa tidak nyaman dengan bahasa yang digunakan. Strategi ketidaksantunan negatif meliputi tujuh substrategi yakni menakut-nakuti, mengejek, menghina atau merendahkan orang lain, meremehkan orang lain, melanggar ruang pribadi, secara eksplisit mengaitkan mitra tutur dengan aspek negatif, serta membuat orang lain seolah-olah berhutang budi kepada pembicara. Selanjutnya, (ii) respons terhadap ketidaksantunan yang ditemukan meliputi empat respons, yaitu strategi ofensif-ofensif, strategi ofensif-defensif, menerima, dan tidak merespons.