Abstrak


PENERAPAN STUDENT-CENTERED LEARNING PADA PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS 10 DI LAZARO FRANSISCO INTEGRATED SCHOOL, FILIPINA, DAN SMAN 1 KARTASURA, INDONESIA


Oleh :
Kanaesya Putri Wijaya - K5420045 - Fak. KIP

Kanaesya Putri Wijaya. K5420045. Pembimbing I Prof. Dr. Chatarina Muryani, M.Si. PENERAPAN STUDENT-CENTERED LEARNING PADA PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI KELAS 10 DI LAZARO FRANSISCO INTEGRATED SCHOOL, FILIPINA, DAN SMAN 1 KARTASURA, INDONESIA Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2024

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan Student-Centered Learning (SCL) pada pembelajaran geografi kelas 10 di Lazaro Francisco Integrated School, Filipina, dan SMAN 1 Kartasura, Indonesia dengan pendekatan studi komparatif menggunakan mix method. Metode pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, analisis dokumen, dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara perbandingan, proses pengembangan modul ajar di Indonesia dan Filipina menunjukkan perbedaan dalam pendekatan dan prosedurnya. Pada proses perencanaan, guru di Filipina menggunakan pendekatan yang lebih terstruktur dengan MELCs sebagai standar modul ajar, dan 7E (Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, Extend, Evaluate) sebagai sintaks. Sedangkan, guru di Indonesia memiliki fleksibilitas dalam mengembangkan modul ajar sesuai kebutuhan lokal dengan sintaks yang bervariasi tergantung pada metode pembelajaran yang dipilih. Pada tahap pelaksanaan, Lazaro Francisco unggul dalam keterlibatan komunitas, sedangkan SMAN 1 Kartasura lebih unggul dalam integrasi teknologi. Kedua sekolah menerapkan pendekatan SCL yang interaktif dengan variasi strategi dan penerapan cooperative learning yang kontinu. Pada proses evaluasi, kedua negara menekankan pengembangan kompetensi dan personalisasi pembelajaran dengan fokus pada keterampilan abad ke-21. Asesmen sumatif dan formatif dikembangkan oleh guru dengan penekanan pada penilaian proses, soal HOTS, dan praktik kontekstual. Hasil penelitian terhadap peserta didik menunjukkan perbedaan dalam distribusi tingkat pengalaman belajar dan sikap peserta didik antara kedua sekolah. Lazaro Francisco memiliki distribusi pengalaman belajar yang lebih beragam dengan tingkat pengalaman menengah (62,7%) dan tinggi (26,5%), sedangkan SMAN 1 Kartasura didominasi oleh peserta didik dengan pengalaman belajar sedang (87,3%). Mayoritas peserta didik di kedua sekolah menunjukkan sikap sedang (Lazaro Francisco: 68,7%, SMAN 1 Kartasura: 71,8%), namun Lazaro Francisco memiliki persentase yang lebih tinggi untuk sikap tinggi (22,9%) dibandingkan dengan SMAN 1 Kartasura (15,5%). Hasil ini menunjukkan bahwa, meskipun distribusi pengalaman dan sikap belajar di SMAN 1 Kartasura lebih merata, Lazaro Francisco lebih efektif dalam meningkatkan keterlibatan peserta didik dan sikap positif mereka terhadap pembelajaran. Implementasi SCL di kedua sekolah memberikan landasan kuat bagi pengembangan pendidikan geografi yang inklusif dan berorientasi pada kebutuhan peserta didik secara individual.