Abstrak


Strategi Promosi Bagian Layanan Anak dengan Penggunaan Alat Interactive (IT) Board di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun


Oleh :
Karima Febiatika - V1021079 - Sekolah Vokasi

Layanan anak melalui IT Board di Dinas Perpustakaan Kabupaten Madiun meningkatkan interaktivitas dan keterlibatan anak dalam belajar dan membaca secara visual dan praktis.Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun menghadapi beberapa kendala. Kendala utama meliputi keterbatasan anggaran untuk pemeliharaan dan pengembangan IT Board, kurangnya tenaga terlatih dalam pengoperasian dan pemeliharaan perangkat, serta tantangan dalam memastikan konten yang disediakan di IT Board relevan dan bermanfaat bagi perkembangan anak-anak. Penelitian kualitatif dilakukan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun dengan data primer dari wawancara dengan pustakawan, staff layanan, dan ketua kegiatan layanan anak. Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih 5 informan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi serta divalidasi melalui triangulasi sumber.Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun memperkenalkan strategi promosi untuk layanan anak dengan menggunakan IT board. Inovasi ini bertujuan untuk tetap menarik minat anak-anak dan remaja di era digital saat ini. Strategi yang dapat diterapkan antara lain adalah pengenalan dan pelatihan penggunaan IT board, kegiatan interaktif dan edukatif, promosi melalui media sosial dan website, kolaborasi dengan sekolah dan kelompok komunitas, kompetisi atau event khusus, dan feedback serta evaluasi berkala. Dengan menerapkan strategi ini, perpustakaan di Madiun dapat meningkatkan minat baca serta keterlibatan anak-anak dalam kegiatan perpustakaan, menjadikannya pusat pembelajaran yang relevan dan dinamis di era digital.Penelitian menunjukkan bahwa Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun menggunakan IT Board untuk layanan anak guna meningkatkan interaktivitas dan keterlibatan anak dalam belajar dan membaca. Strategi promosi yang diterapkan meliputi media sosial, kampanye di sekolah, dan kerjasama dengan komunitas lokal. Namun, kendala utama yang dihadapi adalah keterbatasan anggaran, kurangnya tenaga terlatih, dan konten yang relevan.