Abstrak


Naskah Péngêtan Wontênipun Paprangan ing Talatah Eropa lajêng Mrambat dhatêng Tanah Jawi Taun 1941 (Suatu Kajian Filologis dan Etika Kepemimpinan Jawa)


Oleh :
Jasmine Sevrilla Aulia Mustika - B0120034 - Fak. Ilmu Budaya

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu, (1) bagaimanakah teks naskah PW yang bersih dari kesalahan menurut cara kerja filologi? (2) bagaimanakah ajaran/piwulang yang terkandung dalam naskah PW?


Tujuan penelitian ini yakni (1) menyajikan teks naskah PW yang bersih dari kesalahan sesuai cara kerja filologi. (2) mengungkapkan ajaran/piwulang yang terkandung dalam naskah PW agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologis yang bersifat deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data kajian filologis dari teks naskah PW dan data kajian isi dari kandungan isi yang terkandung dalam teks naskah PW. Sumber data dalam penelitian ini adalah naskah prosa berjudul Péngêtan Wontênipun Paprangan ing Talatah Eropa lajêng Mrambat dhatêng Tanah Jawi Taun 1941 koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor katalog NB 497. Teknik pengumpulan data melalui inventarisasi, observasi, digitalisasi dan transliterasi. Analisis data yang digunakan adalah kritik teks dan analisis interaktif dengan tiga komponen analisis yakni, reduksi data, sajian data yang meliputi deskripsi naskah, transliterasi naskah, kritik teks, suntingan teks, aparat kritik, sinopsis dan kajian isi. Analisis isi dilakukan dengan menyajikan dan mengungkapkan ajaran yang terkandung dalam naskah PW.


Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) suntingan teks pada penelitian ini ialah suntingan teks yang bersih dari kesalahan sesuai langkah kerja penelitian filologi. Dalam tahap kritik teks ditemukan varian bacaan, yang meliputi 8 lakuna, 2 hiperkorek, 1 korup, 2 substitusi dan 2 ketidakkonsistenan penulisan. (2) ajaran yang terdapat dalam naskah PW yakni etika kepemimpinan menurut budaya Jawa mengenai pandangan hidup agar menjadi seorang manusia utama dan pemimpin yang berakal budi luhur dengan menempuh ajaran kebaikan, menjauhi watak adigang, adigung, adiguna, menjauhi sifat takabur, tamak dan pendendam. Memiliki keberanian moral dengan mengontrol diri, melepaskan diri dari sifat-sifat buruk. Seorang pemimpin juga harus mempunyai watak nrima ing pandum yang ditunjang dengan berlaku aji mumpung, gemar mawas diri dan bisa meneladani delapan watak dewa atau Asthabrata.