Deforestasi dan degradasi hutan yang
terjadi di Indonesia semakin hari kian mengkhawatirkan dan dapat menyebabkan
polusi. Permasalahan lingkungan hidup di Indonesia seperti deforestasi dan
degradasi hutan tidak dapat diselesaikan hanya dengan upaya penyelamatan dan
tanggap terhadap bencana saja. Dari hal tersebut
mendorong munculnya konsep Perhutanan Sosial atau Social Forestry. Konsep program Perhutanan
Sosial terdiri dari empat (4) anak cabang yang salah satunya Program Kawasan
Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK). Program Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK)
berbasis Perhutanan Sosial yang dilaksanakan oleh Perhutani adalah program yang
dimana masyarakat berperan aktif di dalam pengelolaan hutan dengan memberikan
tekanan khusus kepada pembangunan hutan tanaman. Untuk itu penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengelolaan hutan kayu putih dan tingkat
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan pada program KHDPK kayu putih di Desa
Begal Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk mengetahui pengelolaan hutan kayu putih dalam penelitian ini adalah purposive sampling (stakeholder) yaitu tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui/terlibat dalam pengelolaan hutan kayu putih pada program Kawasan Hutan Dengan Pengelolaan Khusus (KHDPK) dan masyarakat yang mempunyai garapan/lahan hutan kayu putih.di Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi, wawancara mendalam, wawancara menggunakan kuesioner, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teori Miles and Huberman yaitu aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Proses penunjukan kawasan hutan kayu putih di Desa Begal Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi dilakukan oleh KLHK. Kayu putih termasuk dalam jenis tanaman pionir, memiliki sifat adaptif dan katalik dalam melakukan rehabilitasi lahan karena mempunyai kemampuan yang relatif cepat tumbuh/berkembang biak. Pengelolaan hutan kayu putih berjalan dengan baik dan lancar karena adanya komunikasi dan kerjasama yang baik antara Petani Hutan, MDH, LMDH, dan Pemerintah Kabupaten. Kemudian, tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dapat dianalisis menggunakan instrumen New Environmental Paradigma (NEP) yang mengidentifikasikan 5 kompoen ekologi dan didapatkan hasil yang tinggi. Tingkat kepedulian masyarakat penggarap/pemilik lahan kayu putih yang tergolong tinggi dapat diketahui dari final skor analisis yang dilakukan oleh peneliti dan perolehan final skor didapatkan dari penjumlahan skor akhir dari kelima komponen ekologi.