Penelitian ini dilatarbelakangi oleh upaya-upaya komunikasi Solo Bersimfoni sebagai lembaga non pemerintah yang dibentuk dengan tujuan untuk melakukan pencegahan aksi-aksi yang mengarah pada tindakan radikalisme, intoleransi, ekstrimisme, dan terorisme dengan pendekatan budaya lokal melalui penyampaian pesan-pesan toleransi yang ada dalam Hasthalaku. Alasan dibentuknya Solo Bersimfoni ini berkaitan dengan maraknya kasus-kasus yang mengarah pada tindakan ekstrimisme khususnya di kalangan pemuda dan pelajar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi organisasi Solo Bersimfoni dalam menyampaikan pesan-pesan toleransi pada pelajar SMA di Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan pengamatan tentang hal-hal yang terkait dengan Solo Bersimfoni baik yang ada di media sosial maupun melalui dokumen-dokumen terkait. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah model analisis interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh Solo Bersimfoni dapat dirumuskan dalam empat tahapan, yaitu 1) mengenal khalayak yang dituju sesuai dengan karakteristik yang dimiliki, 2) menyusun pesan yang sesuai dengan khalayak dalam bentuk pesan yang informatif, edukatif, dan persuasif, 3) menetapkan metode penyampaian pesan, yaitu dengan metode redundancy (pengulangan), informatif, edukatif, persuasif, dan koersif, 4) memilih media yang tepat untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan media sosial, seperti Instagram, YouTube, dan website, serta melalui program Sekolah Adipangastuti.