Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi yang digunakan oleh masyarakat di
Surakarta dalam menghadapi kerentanan risiko bencana alam banjir. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data
penelitian ini meliputi informan (masyarakat kampung PHBS di Kelurahan Mojo yang
memiliki pengalaman menghadapi bencana banjir) dan literatur pendukung dari
website resmi dari BPBD Kota Surakarta, Solo Pos, Radio Republik Indonesia dan
referensi literatur seperti buku dan artikel jurnal terindeks. Teknik pengambilan sampel
penelitian menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur, dan studi
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai teknik uji
validitas. Analisis data penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data, mereduksi
data, menyajikan data, dan menyimpulkan atau verifikasi data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat kota menghadapi berbagai kerentanan risiko akibat
bencana banjir. Risiko ini terbagi menjadi tiga, yaitu pertama, risiko fisik-ekologi
(ecologic-physical risk) seperti banjir, talud longsor, muncul penyakit endemik,
kerusakan properti dan infrastruktur. Kedua, risiko psikis (psyche risk) seperti
normalisasi bencana banjir dan pencemaran, perasaan cemas dan khawatir. Ketiga,
risiko sosial (social risk) seperti lunturnya solidaritas sosial dan interaksi sosial, serta
muncul kecemburuan sosial akibat distribusi bantuan yang tidak merata. Dalam
analisis teori Masyarakat Risiko Ulrich Beck, dampak risiko ini mendorong
masyarakat untuk merefleksikan diri dan tindakannya disebut refleksivitas. Adapun
strategi masyarakat dalam menghadapi kerentanan risiko bencan alam banjir di
wilayah perkotaan meliputi tiga hal. Pertama, melakukan adaptasi akomodasi dengan
membangun rumah tahan banjir. Kedua, penguatakan kebijakan lokal masyarakat
setempat meliputi pengadaan bank samaph dan sedekah sampah, melaksanakan kerja
bakti rutin, dan memprediksi kedatangan banjir melalui kegiatan ‘niteni’. Ketiga,
membangun jaringan sosial dengan beberapa lembaga seperti koordinasi RT/RW,
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan Siaga Bencana Berbasis
Masyarakat (SIBAT) dari Palang Merah Indonesia (PMI). Penelitian ini memberikan
wawasan penting tentang bagaimana masyarakat dapat secara mandiri mempersiapkan
dan mengelola risiko bencana melalui pendekatan berbasis masyarakat.