Kayu sengon (Paraserianthes falcataria) dan kayu pinus merkusii (Pinus Merkusii Jungh. Et De Vriese), merupakan jenis kayu pionir dan serbaguna yang sangat penting di Indonesia. Kayu sengon dan kayu pinus merkusii banyak digunakan sebagai bahan kemasan kayu seperti tong, peti, dan palet. Kemasan kayu umumnya digunakan sebagai kemasan tersier untuk melindungi kemasan lain yang ada di dalamnya. Produk kemasan kayu sangat rentan terhadap berbagai penyakit hama dan tanaman. Untuk mengurangi risiko ini, The International Plant Protection Convention (IPPC) menerapkan International Standard Phytosanitary Measure No.15 (ISPM No.15). Beberapa metode perawatan yang diterapkan adalah (1) Fumigasi, menggunakan metil bromida dan (2) Perlakuan Panas (Heat Treatment) dengan suhu inti kayu minimum mencapai 56 °C selama 30 menit perawatan.
Penelitian ini bertujuan menganalisa performa sistem pengeringan kayu sengon dan kayu pinus merkusii dengan gabungan metode inframerah-udara panas sesuai standar ISPM 15. Pengeringan kayu sengon dan pinus merkusii dilakukan pada suhu 70, 80 dan 90 °C dengan variasi kecepatan udara 1, 2 dan 3 m/s sampai kadar air akhir bahan 19 %. Data hasil pengujian berupa data suhu, kelembaban udara dan penurunan massa kayu digunakan untuk mendapatkan variabel pengeringan seperti kadar air, laju pengeringan, pemodelan matematika, difusivitas, energi aktivasi dan konsumsi energi spesifik (SEC) selanjutnya data dianalisis menggunakan regresi non-linear menggunakan koefisien determinasi (R^2), chi-square (X^2) dan root mean square error (RMSE) untuk menentukan model yang paling sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan pengeringan kayu sengon dan kayu pinus merkusii dengan menggunakan metoda gabungan inframerah-udara panas menghasilkan waktu pengeringan lebih cepat dibandingkan dengan metoda inframerah dan metoda udara panas, dengan kondisi optimal pada perlakuan suhu 90 °C dan kecepatan udara 3 m/s. Persamaan model Page untuk tiga metoda pengeringan yang digunakan menunjukkan nilai R² yang mendekati nilai 1 dan RMSE yang mendekati nilai 0, dibandingkan dengan persamaan model lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa model Page adalah model terbaik untuk merepresentasikan karakteristik pengeringan kayu sengon dan kayu pinus merkusii karena memiliki nilai kesesuaian yang besar.
Difusivitas terbesar dihasilkan pengeringan dengan metoda gabungan inframerah dan udara panas 2,16583E-06 m^2⁄jam dan untuk energi aktivasi terbesar dengan metoda inframerah sebesar 33,77 kJ/mol sedangkan konsumsi energi spesifik paling kecil pada pengeringan kayu pinus merkusii dengan metoda gabungan inframerah-udara panas sebesar 1662,03 MJ/kg, lama waktu pengeringan 62,5 jam, dan terbesar pada proses pengeringan kayu sengon dengan menggunakan metoda inframerah sebesar 4109,3 MJ/kg dengan lama pengeringan 68,25 jam.