Bawang merah merupakan
komoditas hortikultura yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Permintaan bawang merah di Indonesia cenderung meningkat
setiap tahun, namun produksi semakin menurun. Salah satu solusi mengatasi hal
tersebut adalah dengan budidaya bawang merah menggunakan biji True Seed Shallot
(TSS) sebagai bahan tanam. Bawang merah untuk
menghasilkan TSS memerlukan upaya antara lain penambahan hara organik dan zat
pengatur tumbuh (ZPT). Unsur hara berupa pupuk organik dan ZPT alami perlu
pertimbangan dosis dan konsentrasi untuk memperoleh hasil optimal terutama
pembungaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh jenis
pupuk organik dan ZPT alami yang dapat meningkatkan pembungaan bawang merah.
Penelitian berupa percobaan di lahan
budidaya berupa dataran rendah (119 mdpl) dengan jenis tanah grumusol
dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2023. Rancangan percobaan adalah
Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri dari dua faktor dengan tiga
ulangan. Faktor pertama yaitu jenis pupuk (tanpa pupuk, pupuk kascing, dan
pupuk organik cair urine kelinci). Faktor kedua yaitu jenis ZPT alami (Tanpa
ZPT, ekstrak tauge, dan air kelapa). Peubah yang diamati yaitu umur berbunga,
jumlah bunga per tangkai, jumlah bunga per 0,75m2, jumlah tangkai
bunga per rumpun, jumlah biji per 0,75m2, jumlah biji per rumpun,
jumlah biji per 0,75m2, bobot biji per rumpun, bobot biji per 0,75m2,
bobot umbi berbunga, bobot umbi tak berbunga, bobot bunga per rumpun, bobot
bunga per 0,75m2. Data dianalisis ragam dengan uji F taraf kepercayaan 95%
dilanjutkan dengan DMRT taraf kepercayaan 95% untuk membandingkan respon antar
perlakuan, dan menggunakan korelasi untuk menguji hubungan antar variabel. Bawang
merah bima brebes menghasilkan tangkai bunga sebanyak 2 tangkai per 0,75m2
(25 tanaman) pada umur 33 HST. Setiap tangkai menghasilkan 163-301 biji,
seberat 0,78-1,77 gram. Semua perlakuan (pupuk dan ZPT) tidak mempengaruhi
pembungaan.