Abstrak


Pemanfaatan Limbah Benang Tenun Troso dengan Teknik Sisip Pakan Tenun sebagai Sarung Bantal Kursi


Oleh :
Indah Wahyu Laili Shofiani - C0920026 - Fak. Seni Rupa dan Desain

Jepara merupakan salah satu sentra industri tenun ikat di Desa Troso, Kecamatan Pecangaan. Terdapat permasalahan mengenai limbah benang sisa produksi tenun di Troso. Limbah benang tersebut kurang dimanfaatkan oleh pengrajin tenun di Troso sehingga dibutuhkan pengolahan yang optimal. Perancangan ini bertujuan untuk mengolah limbah benang tenun di Troso secara berkelanjutan menggunakan pendekatan upcycle dengan teknik tenun ATBM (Alat tenun Bukan Mesin) dan sisip pakan untuk membuat motif estetis pada produk soft furnishing berupa sarung bantal kursi. Metode yang digunakan pada perancangan ini yaitu metode desain Bram Palgunadi yang melalui empat tahap yaitu proses penelitian desain, proses analisis aspek desain dan penyusunan konsep desain, proses penjabaran konsep desain dan pembuatan rencana desain, serta proses produksi. Setiap tahapan tersebut terdapat tahapan eksplorasi, ekstraksi, dan titik terminasi. Hasil perancangan ini adalah pengolahan limbah benang tenun dengan teknik sisip pakan tambah dapat optimal dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan dan penyesuaian desain sesuai dengan warna limbah benang yang tersedia. Temuan pada perancangan ini adalah proses pengolahan limbah harus melalui tahap pemilahan sesuai klasifikasi ukuran dan warna kemudian dipisah dengan tebal ±1 mm atau sesuai kebutuhan. Limbah dengan ukuran panjang dapat digunakan untuk teknik yang membutuhkan lebih banyak benang seperti tekstur datar, tekstur bulu, garis berkelok, dan tekstur setengah pita, sedangkan limbah pendek dan kusut sangat dapat diolah dengan teknik pelintir dan gradasi warna. Pada proses pertenunan limbah benang tidak perlu disambung dengan cara diikat karena cukup disusun berurutan ketika menyisipkan benang ke dalam lusi kemudian dirapatkan dengan teknik tenun. Proses penenunan untuk produk sarung bantal kursi harus mempertimbangkan lebar lusi agar lebih efisien dalam proses pertenunannya.