Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai kebergaman potensi sumber daya alam, budaya, dan ekonomi. Walaupun demikian wilayah ini masih terbelenggu dalam masalah kemiskinan. Pada tahun 2019, terdapat 44 desa di Blora yang tergolong ke dalam desa merah yaitu desa dengan tingkat kesejahteraan rendah. Salah satunya adalah Desa Sarimulyo yaitu dengan persentase kemiskinan sebesar 18,5 persen pada tahun 2020. Tingginya tingkat kemiskinan di Sarimulyo sudah terjadi bertahun-tahun lamanya, dari generasi ke generasi. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan ini. Mulai dari bantuan pangan, bantuan sosial, hingga beasiswa pendidikan bagi keluarga tidak mampu. Namun bantuan tersebut belum cukup mampu menangani masalah reproduksi kemiskinan di Sarimulyo dan tingkat kemiskinan di desa ini masih terbilang cukup tinggi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui praktik reproduksi kemiskinan di Desa Sarimulyo dan untuk mengetahui faktor struktural dan kultural dari reproduksi kemiskinan. Penelitian ini dikaji menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data diperoleh dari sumber data primer berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi sementara sumber data sekunder berasal dari jurnal, buku, literatur dan dokumen untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data mengalir oleh Miles dan Huberman yaitu melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teori yang digunakan adalah teori praktik sosial yang dikemukakan Pierre F Bourdieu yang meliputi aktor, habitus, modal, dan ranah. Hasil dari penelitian ini menjaelaskan bahwa praktik reproduksi kemiskinan memang terjadi pada keluarga miskin di Desa Sarimulyo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Keluarga miskin memiliki habitus yang sudah terinternalisasi dari generasi ke generasi yang kemudian tereksternalisasi dalam bentuk tindakan sehari-hari. Lebih lanjut keterbatasan modal membuat individu dari keluarga miskin terasingkan dalam ranah pertempuran . Adapun faktor struktural dari reproduksi kemiskinan di Desa Sarimulyo adalah rendahnya pengetahuan dan penguasaan teknologi dalam mengelola sawah, petani subsisten, keterbatasan sarana prasarana, akses kesehatan, dan data kemiskinan yang lawas. Sedangkan faktor kultural meliputi sikap ketergantungan terhadap bansos, prioritas pendidikan dan kesehatan, serta budaya patriarki dalam masyarakat. Faktor struktural turut membentuk dan memperkuat budaya kemiskinan.