Sepakbola menjadi salah satu cabang
olahraga yang cukup banyak mendapatkan atensi dari masyarakat, namun sayangnya
sepak bola Indonesia belum didukung dengan berbagai faktor penting yang
seharusnya bisa menjadi pondasi bagaimana sebuah ekosistem sepakbola itu dapat
berkembang dan terus menciptakan prestasi, salah satunya adalah kurangnya
program yang menjadi wadah bagi pembinaan usia muda. Bahkan, bisa dibilang hal
tersebut belum menjadi fokus utama dari federasi sepakbola itu sendiri.
Berbanding terbalik dengan federasi, salah satu sekolah sepak bola di Kabupaten
Sukoharjo yakni Pandawa Football Academy (PFA), justru menarik perhatian karena
mampu menyediakan wadah bagi pesepakbola usia muda melalui akademi yang mereka
miliki. Menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan
studi kasus dan didukung oleh teori fungsionalisme struktural dengan konsep
AGIL milik Talcott Parsons, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peran pembinaan dan pengembangan sepak bola usia muda serta strategi
keberlanjutan yang dilakukan oleh PFA. Subjek dalam penelitian ini adalah
pemain, pelatih, manajemen, dan orang tua dari para siswa dengan menggunakan
teknik pengambilan informan snowball sampling non-diskriminatif eksponensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PFA merupakan SSB yang berperan penting
dalam pengembangan ekosistem sepak bola usia muda di Kabupaten Sukoharjo
melalui berbagai program pembinaan yang dijalankan. Kemudian dalam proses
pembinaan yang dilakukan, PFA juga berhasil menerapkan strategi keberlanjutan
serta mengimplementasikan konsep AGIL dari Talcott Parsons yakni adaptasi,
penetapan tujuan, integrasi, dan pemeliharaan pola sebagai upaya agar sekolah
sepak bola tersebut dapat terus berjalan secara berkelanjutan. Keberhasilan
pembinaan dan pengembangan sepak bola usia muda tersebut dapat dilihat dari
kontribusi nyata yang diberikan oleh PFA terhadap sepak bola Indonesia secara
nasional.