;
Hubungan Gambaran Elektroensefalografi dengan Derajat Fungsi
Motorik pada Pasien Anak Epilepsi dengan Palsi Serebral
Wenny Setyorini, Fadhilah Tia Nur, Harsono
Salimo
Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr
Moewardi, Surakarta, Jawa Tengah
Latar
belakang.
Epilepsi merupakan suatu penyakit kronis
pada otak yang ditandai dengan kejang berulang dan terjadinya episode singkat
dari gerakan tidak sadar (involuntary) yang dapat menjadi penyakit
penyerta pada anak palsi serebral. Melalui
gambaran elektroensefalografi (EEG) kita dapat mengetahui tipe kejang epilepsi
serta tingkatan disfungsi motorik kasar yang terjadi pada pasien, dan
diharapkan dapat menjadi acuan dalam menentukan prognosis.
Tujuan. Menganalisis hubungan gambaran
elektroensefalografi dengan derajat fungsi motorik pada pasien anak epilepsi
dengan palsi serebral.
Metode. Studi cross
sectional, diambil
dari pasien yang terdiagnosis epilepsi dengan palsi serebral berusia 1-18 tahun
yang menjalani pengobatan di Poliklinik Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada
kunjungan Desember 2023 – April 2024. Gambaran EEG dikelompokkan menjadi normal,
kejang fokal, dan kejang umum. Derajat fungsi motorik dinilai dengan Gross
Motor Function Classification System (GMFCS) dan dikelompokkan menjadi
tanpa alat bantu (level 1-2) dan dengan alat bantu (level 3-5). Analisis
menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik.
Hasil. Secara statistik tidak didapatkan
hubungan yang signifikan antara gambaran EEG dengan derajat fungsi motorik pada
pasien anak epilepsi dengan palsi serebral (p=0,215). Pasien anak epilepsi
dengan palsi serebral yang memiliki hasil EEG kejang umum 88,2% membutuhkan
alat bantu.
Kesimpulan. Tidak didapatkan
hubungan yang signifikansecara statistik antara gambaran EEG dengan derajat
fungsi motorik pasien anak epilepsi dengan palsi serebral, namun distribusi
pasien dengan simpulan
hasil EEG kejang umum lebih banyak membutuhkan alat bantu (88,2%) dibandingkan
dengan simpulan hasil EEG kejang fokal (11,8%).