Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul
telah mendorong berbagai program kegiatan pengembangan ekonomi kreatif. Salah
satu program yang dilakukan Pemerintah Kabupaten bantul adalah melakukan
pengembangan Kota melalui city branding. Pemerintah Kabupaten Bantul berusaha
untuk membranding kotanya sebagai “Bantul, city of crafts and folk art”
agar menjadi salah satu Kabupaten kreatif Dunia oleh UNESCO melalui UCCN (Unesco
Creative Cities Network). Untuk mengimplementasikan branding tersebut,
dibuatlah strategi komunikasi agar pesan branding tersebut dapat diterima oleh
masyarakat. Namun, dalam pelaksanaannya berbagai tantangan dihadapi terutama
dalam menumbuhkan brand awareness
sehingga mendorong peran dan keikutsertaan aktif masyarakat. Sebagai dampak
dari kondisi tersebut, pada tahun 2023 Kabupaten Bantul belum berkesempatan
terpilih sebagai Kabupaten kreatif Dunia Oleh UNESCO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
komunikasi pemerintah Kabupaten Bantul dalam membentuk city branding dan
hambatan dalam membentuk city branding melalui “Bantul, city of crafts and folk
art”. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan
kualitatif dan menggunakan metode studi kasus. Data dikumpulkan melalui
wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
program city branding “Bantul,
city of crafts and folk art” sudah sesuai dengan konsep komunikasi city branding
menurut Kavaratzis yang menyebutkan citra kota dikomunikasikan melalui
komunikasi primer, komunikasi sekunder, dan komunikasi tersier. Namun terdapat
kendala dalam penerapannya, seperti kurangnya sinergi Hexahelix dalam melakukan
kolaborasi dan inkonsistensi dalam fokus branding.