ABSTRAK. Praktik budaya konsumtif dilakukan oleh masyarakat Lamuk Gunung dilakukan setiap tahunnya. Hal tersebut dilatar belakangi dengan terkenalnya Lamuk Gunung sebagai produsen tembakau dengan kualitas yang terbaik dan juga adanya panen raya tembakau yang mana menjadi salah satu pendapatan terbesar di setiap tahunnya. Kondisi ini membuat masyarakat petani Lamuk Gunung menjadi gemar berbelanja karena mereka merasa sedang mempunyai banyak uang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik budaya konsumtif yang terjadi di Dusun Lamuk Gunung ketika panen raya tembakau. Penelitian ini mennggunakan teori masyarakat konsumsi yang dikemukakan oleh Jean Baudriliiard untuk menganalisis bentuk dari simulakra dan hiperrealitas pada praktik budaya konsumtif masyarakat petani Lamuk Gunung. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini melibatkan 16 informan yang dipilih melalui teknik purposive, berdasarkan klasifikasi umur, jenis kelamin, dan aktor panen raya tembakau. Validitas data digunakan validitas konstruk. Analisis data digunakan analisis eksplanasi data. Hasil dari penelitian di lapangan memperlihatkan bahwa kemajuan teknologi, informasi, dan globalisasi menyebabkan terjadinya praktik budaya konsumtif tidak hanya diperkotaan, tetapi juga di pedesaan kususnya di Dusun Lauk Gunung. Bentuk praktik konsumtif yang dilakukan oleh masyarakat petani Lamuk Gunung antara lain pembelian aksesoris kendaraan, pembelian sound system, pembelian televisi, pemakaian ail art, pembelian alat semprot tanaman, rekreasi tenaga kerja, pemberian THR/parcel Hari Raya, arisan kelompok petani tembakau. Bentuk simulakra yaitu masyarakat Petani Lamuk Gunung ingin dianggap sebagai artis, sebagai juragan, sebagai eptani modern, sebagai orang yang gaul, sebagai orang yang up to date. Sedangkan dari hiperralitas yaitu mereka ingin diperlakukan istimewa, selalu ingin didahulukan, tidak ingin berbaur dengan petani yang kelas sosialnya rendah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa praktik budaya konsumtif yang dilakukan oleh masyarakat petani Lamuk Gunung disebabkan karena adanya norma baru terkait pemaknaan dari sebuah abrang sehianga membentuk simulakra yang berujung hiperralitas.