;

Abstrak


Analisis Indikator Penanganan Stunting Di Provinsi Lampung


Oleh :
Sakha Ukta Betania - S532208034 - Sekolah Pascasarjana

Latar Belakang: Penerapan intervensi gizi spesifik dan sensitif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah peningkatan prevalensi stunting di Indonesia. Dalam penerapannya, tidak semua indikator sasaran berjalan dengan optimal, seperti riwayat konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan ibu, menyusui eksklusif, pemantauan pertumbuhan balita, imunisasi dasar lengkap, akses air minum, dan akses sanitasi. 

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 12-23 bulan dari indikator penanganan stunting yang belum optimal di Provinsi Lampung.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan memanfaatkan data sekunder Survei Status Gizi Indonesia 2022. Variabel penelitian terdiri dari konsumsi tablet tambah darah, menyusui eksklusif, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, akses air minum, akses sanitasi, dan kejadian stunting. Sampel penelitian sebanyak 1.929 balita usia 12-23 bulan yang dipilih secara purposive sampling. Data dianalisis secara univariat dengan tabel distribusi frekuensi, bivariat dengan uji regresi logistik sederhana dan multivariat dengan uji regresi logistik multilevel.

Hasil: Uji regresi logistik sederhana menunjukkan tidak ada hubungan antara pemberian ASI non-eksklusif (OR = 0,85; p = 0,189), pemantauan pertumbuhan tidak rutin (OR = 1,08; p = 0,507), konsumsi tablet tambah darah tidak sesuai (OR = 1,14; p = 0.308), dan akses sanitasi tidak layak (OR = 0.1,18; p = 0.432) dengan kejadian stunting.  Namun, terdapat hubungan antara pemberian imunisasi dasar tidak lengkap (OR = 1,39; p = 0,008) dan akses air minum tidak layak (OR = 1,35; p = 0.023). Hasil uji multilevel menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian ASI non-eksklusif (aOR = 0,84; p > 0,05) pemantauan pertumbuhan tidak rutin (aOR = 1,03; p > 0,05), konsumsi tablet tambah darah tidak sesuai (aOR = 1,14; p > 0,05), akses sanitasi tidak layak (aOR = 1,10; p > 0,05) dengan kejadian stunting. Variasi pada level rumah tangga memiliki varians dan efek paling besar pada kejadian stunting dengan ICC 7,47%.

Kesimpulan: Imunisasi dasar tidak lengkap dan akses air minum tidak layak merupakan faktor dominan yang memengaruhi kejadian stunting pada balita usia 12-23 bulan di Provinsi Lampung.