;
Latar
Belakang: Penerapan intervensi gizi spesifik dan sensitif
merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah peningkatan prevalensi stunting
di Indonesia. Dalam penerapannya, tidak semua indikator sasaran berjalan dengan
optimal, seperti riwayat
konsumsi tablet tambah darah selama kehamilan ibu, menyusui eksklusif,
pemantauan pertumbuhan balita, imunisasi dasar lengkap, akses air minum, dan
akses sanitasi.
Tujuan: Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis faktor dominan kejadian stunting pada balita usia 12-23 bulan dari
indikator penanganan stunting yang belum
optimal di Provinsi Lampung.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan
memanfaatkan data sekunder Survei Status Gizi Indonesia 2022. Variabel
penelitian terdiri dari konsumsi tablet tambah darah, menyusui eksklusif,
pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, akses air minum, akses sanitasi, dan
kejadian stunting. Sampel penelitian sebanyak 1.929 balita usia 12-23 bulan yang dipilih
secara purposive sampling. Data dianalisis secara univariat dengan tabel distribusi
frekuensi, bivariat dengan uji regresi logistik sederhana dan multivariat
dengan uji regresi logistik multilevel.
Hasil: Uji regresi
logistik sederhana menunjukkan tidak ada hubungan antara pemberian ASI
non-eksklusif (OR = 0,85; p = 0,189), pemantauan pertumbuhan tidak rutin (OR =
1,08; p = 0,507), konsumsi tablet tambah darah tidak sesuai (OR = 1,14; p =
0.308), dan akses sanitasi tidak layak (OR = 0.1,18; p = 0.432) dengan kejadian
stunting.
Namun, terdapat hubungan antara pemberian imunisasi dasar tidak
lengkap (OR = 1,39; p = 0,008) dan akses air minum tidak layak (OR = 1,35; p =
0.023). Hasil uji multilevel menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
pemberian ASI non-eksklusif (aOR = 0,84; p > 0,05) pemantauan pertumbuhan
tidak rutin (aOR = 1,03; p > 0,05), konsumsi tablet tambah darah tidak
sesuai (aOR = 1,14; p > 0,05), akses sanitasi tidak layak (aOR = 1,10; p
> 0,05) dengan kejadian stunting. Variasi pada level rumah tangga
memiliki varians dan efek paling besar pada kejadian stunting dengan ICC
7,47%.
Kesimpulan: Imunisasi dasar
tidak lengkap dan akses air minum tidak layak merupakan faktor dominan yang
memengaruhi kejadian stunting pada balita usia 12-23 bulan di Provinsi
Lampung.