;

Abstrak


Indeks Kualitas Tanah Berbasis Satuan Peta Lahan Sebagai Acuan Keberhasilan Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang


Oleh :
Timur Priono - S652208002 - Fak. Pertanian

Rehabilitasi lahan bekas tambang adalah proses penting untuk mengembalikan fungsi ekosistem yang terganggu akibat aktivitas penambangan. Penentuan indeks kualitas tanah mencakup berbagai parameter fisik, kimia, dan biologi tanah yang diukur untuk menilai sejauh mana lahan tersebut telah pulih. Indeks ini digunakan untuk memantau dan mengelola upaya rehabilitasi, memastikan bahwa tanah dapat kembali mendukung vegetasi dan kehidupan lainnya secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah menanalisis indeks kualitas tanah pada lahan bekas tambang nikel yang berbasis satuan peta lahan, mengkaji pengaruh sumber keragaman terhadap indeks kualitas tanah pada lahan bekas tambang nikel dan serta mengkaji faktor yang mempengaruhi indeks kualitas tanah pada lahan bekas tambang nikel. Penelitian dilaksanakan di rehabilitasi lahan bekas tambang nikel di Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara pada rehabilitasi lahan Sandoro, Caleban Utara A, Caleban Utara B, Hikari, Nancy, Suwota 2 A, Suwota 2 B dan Suwota 1. Lahan-lahan rehabilitasi tersebut memiliki kondisi berbeda-beda mulai dari umur dan metode rehabilitasinya. Metode rehabilitasi lahan Sandoro, Caleban Utara A dan Caleban Utara B yaitu pengembalian topsoil tanpa adanya tanaman dan merupakan lahan dengan umur rehabilitasi 0 tahun. Metode rehabilitasi lahan yang dilakukan pada Hikari dengan umur rehabilitasi 2 tahun yaitu pengembalian topsoil tanpa tanaman diatasnya dan pemasangan cocomesh, sedangkan pada Nancy dengan umur rehabilitasi 4 tahun dilakukannya pengembalian topsoil, penanaman ketapang, legum cover crop serta penyiraman intensif. Lahan rehabilitasi Suwota 2 A dan Suwota 2 B dengan umur rehabilitasi 6 tahun dilakukannya pengembalian topsoil, legum cover crop dan ditanami sengon. Lahan rehabilitasi Suwota 1 dengan umur rehabilitasi 8 tahun dilakukan pengembalian topsoil dan ditanami sengon. Penelitian ini merupakan explorative research melalui pendekatan survei, serta didukung dengan analisis di laboratorium berupa tanah meliputi fisika, kimia dan biologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IKT pada lahan bekas tambang nikel di Kecamatan Maba tergolong sangat rendah yaitu berkisar 0,1100-0,1300. Sumber keragaman ketinggian tempat berpengaruh sangat nyata terhadap IKT (P-value < 0>P-value > 0,05). IKT pada tutupan lahan dengan tidak ada tanaman berkisar 0,1100-0,1267 (SPL 1, SPL 2, SPL 3 dan SPL 4) sedangkan ada tanaman berkisar 0,1100-0,1300 (SPL 5, SPL 6, SPL 7, dan SPL 8). IKT pada kemiringan lahan 8-15?rkisar 0,1133-0,1167 (SPL 1, SPL 2, SPL 5 dan SPL 6) sedangkan 25-45?rkisar 0,1100-0,1300 (SPL 3, SPL 4, SPL 7 dan SPL 8). IKT pada ketinggian tempat 96-250 m dpl berkisar 0,1133-0,1167 (SPL 1, SPL 3, SPL 5 dan SPL 7) sedangkan ketinggian tempat 251-400 m dpl berkisar 0,1167-0,1300 (SPL 2, SPL 4, SPL 6 dan SPL 8). Faktor penentu IKT pada lahan bekas tambang nikel di Kecamatan Maba antara lain KTK (r= 0,707**), C organik (r= 0,427*); P total (r= 0,523**), K total (r= 0,437*), populasi bakteri (r= 0,583**) dan populasi fungi (r= 0,547**). Rekomendasi pemberian bahan organik dan mikroorganisme yang sudah dikomersialkan guna meningkatkan populasi mikroorganisme di lahan tersebut dalam penyediaan unsur hara serta peningkatan IKT dalam penilaian keberhasilan lahan rehabilitasi. Selain itu, pemanfaatan tanaman lokal yaitu Poaceae sp. yang tumbuh banyak pada lahan pertambangan sebagai tanaman fitoremediasi dan hiperakumulator logam berat juga dapat meningkatkan IKT.