Solo Is Solo merupakan sebuah Yayasan Seni yang hadir dengan tujuan
pemberdayaan ruang publik kreatif koridor Gatot Subroto dan juga pemberdayaan
para pelaku industri kreatif. Surakarta memiliki seni kreatif yang beragam,
contohnya adalah batik solo, kerajinan perak, ukiran kayu dan masih banyak yang
lainnya. Dengan keberagaman inilah yang membuat Solo Is Solo tergerak untuk
membuat event Solo Urban Street market yang bertujuan untuk memberikan ruang
ke pada para pelaku industri kreatif untuk mempromosikan produk. Penelitian ini
mengkaji event Solo Urban Street market sebagai branding industri kreatif di Kota
Surakarta.
Metode penilitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu melalui wawancara dengan pihak Solo Is Solo, Observasi
langsung di lokasi, studi dokumen dan studi pustaka yang relevan dengan
penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa event Solo Urban Street market sudah
menjadi branding industri kreatif di Kota Surakarta. Event Solo Urban Street market
ini menjadi tempat utama bagi para pelaku industri kreatif untuk memamerkan
kreasi mereka kepada masyarakat umum. Event Solo Urban Street market ini juga
menjadi tujuan utama masyarakat untuk mencari kreasi kreatif di Kota Surakarta.
Event Solo Is Solo Urban Street market ini diadakan setiap akhir pekan dan diikuti
lebih dari 100 kreator yang berasal dari beberapa kota. Kendala event ini adalah
ketika musim hujan datang karena event ini diadakan di area outdoor sehingga
membuat event ini menjadi sepi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah event Solo Is Solo Urban Street
market sudah menjadi branding industri kreatif di Kota Surakarta yang memiliki
ciri khas seperti diadakan setiap akhir pekan di malam hari dan juga diramaikan
lebih dari 100 kreator setiap minggunya.