Tingkat konsumsi cabai di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Berhubungan dengan meningkatnya produksi cabai rawit perlu juga bibit cabai
yang berkualitas baik. Bibit yang berkualitas akan mempengaruhi pertumbuhan
tanaman cabai rawit nantinya. Bibit yang dihasilkan harus sehat, kuat, dan tahan
terhadap serangan hama serta penyakit. Salah satu permasalahan dalam pembibitan
cabai rawit adalah serangan hama penyakit. Penanganan yang dapat dilakukan dengan
serangan hama penyakit yaitu pengaplikasian trichoderma pada media tanam. Tujuan
tugas akhir ini mengkaji proses pembibitan, proses pemasaran dan analisis usahatani
dari pembibitan cabai rawit. Tugas akhir dilakukan di Dukuh Pakis Rt 01/Rw 06,
Suruh, Tasikmadu, Karanganyar dengan curah hujan 1.727 mm/tahun. Pembibitan ini
dilakukan dengan aplikasi agen hayati berupa Trichoderma pada media tanam agar
bibit yang dihasilkan tahan terhadap penyakit. Pembibitan ini menghasilkan 600 bibit
cabai rawit dengan harga jual perbibitnya Rp 497/bibit. Bibit cabai rawit dapat
dipasarkan saat 21 – 28 HST atau bibit mempunyai 3 – 4 helai daun.
Proses pemasaran bibit cabai dengan mempromosikan secara langsung pada ibu – ibu di sekitar rumah. Pemasaran bibit cabai rawit diawali dengan riset ke penjual bibit
yang berada di Pasar Nglano terkait pembibitan, penjualan, dan promosi. Analisis
SWOT dengan mengidentifikasi keuntungan atau kelemahan internal dan eksternal
untuk mengembangkan produk. Analisis STP untuk menentukan sasaran pasar, target
pasar, dan memposisikan produk di pasar. Bauran pemasaran yang diterapkan 4P
(product, price, place, promotion). Produk bibit yang dihasilkan tahan terhadap hama
dan penyakit. Bertempat di bagian belakang rumah dan memasarkan melalui online via
whatsapp group. Promosi dilakukan langsung kepada ibu – ibu PKK di sekitar rumah
dan whatsapp group. Analisis usahatani kegiatan pembibitan cabai sejumlah 600 buah
diperoleh penerimaan sebesar Rp 324.000 dengan keuntungan Rp 107.607 dari harga
jual Rp 540 per bibit total biaya yang dikeluarkan Rp 155.893; dan R/C ratio1,5 maka
pembibitan cabai rawit layak untuk dilanjutkan; B/C ratio diperoleh hasil 0,5 > 0, maka
layak untuk dilanjutkan.