Skripsi dengan judul “Pembangunan Jalur Kereta Api Tanjungsari (Sumedang)–Kadipaten (Majalengka) Pada Tahun 1894 – 1923: Kegagalan Rencana Proyek Negara” bertujuan mendeskripsikan mengenai suatu pembangunan jalur kereta api yang digagas oleh negara, yaitu Hindia Belanda. Selain itu, penelitian ini juga disusun guna menjawab rumusan masalah dalam skripsi ini, yaitu mengenai latar belakang lahirnya rencana pembangunan jalur kereta api Tanjungsari–Kadipaten, perkembangan pembangunan jalur kereta api Tanjungsari–Kadipaten, dan dampak yang ditimbulkan dari gagalnya pembangunan jalur kereta api Tanjungsari–Kadipaten.
Penelitian ini disusun menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan yang ketat, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber guna menyusun penelitian, kritik yang terdiri dari dua, yaitu internal dan eksternal guna menguji keaslian sumber, interpretasi guna mendeskripsikan dari sumber yang telah terkumpul dan diuji keasliannya, dan historiografi guna menyusun tulisan sejarah secara komprehensif dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan, diuji, dan dideskripsikan melalui tahapan sebelumnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan suatu kegagalan dalam pembangunan infrastruktur transportasi darat, khususnya kereta api di Hindia Belanda. Perencanaan yang telah digagas dari tahun 1894 ini harus berakhir pada tahun 1923 karena berbagai faktor yang menyertainya, seperti lintasan yang terjal, dukungan politik yang rendah, faktor ekonomi, dan aksi pemogokan dari Vereniging van Spoor‐en Tramwegpersoneel yang tidak bisa dihindari. Perencanaan ini bertahan selama 29 tahun sebelum akhirnya ditangguhkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1923 karena faktor yang telah disebutkan sebelumnya.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemerintah Hindia Belanda gagal dalam membangun suatu proyek yang telah lama digagas, yaitu dari tahun 1894 dan berakhir pada tahun 1923. Dampak dari gagalnya pembangunan ini tentu menimbulkan dampak yang sangat terasa bagi pihak militer, masyarakat, dan pelaku ekonomi. Selain itu, potensi yang besar dari jalur ini terpaksa harus hilang.